Selasa, 29 Juli 2008

B for Best Class




Seorang guru semestinya tidak pilah pilih murid, tetapi sebagai seorang pribadi yang sarat emosi adalah hal yang wajar jika punya satu atau beberapa murid favorit. Selama tiga tahun aku mengajar baru kali ini aku menemukan kelas idaman. Setelah kenyang menghadapi murid-murid dengan bermacam-macam tingkah yang membuat depresi, sekarang aku seakan mendapat jackpot. Kualitas sekolah tempatku kini berkarya memang jauh lebih unggul daripada sekolahku dulu. Tentu saja murid-muridnya pun berbeda. Bukan dalam hal kecerdasan tetapi dalam kedisiplinan dalam belajar. Meskipun ada sebagian kecil yang mengingatkanku pada mantan murid-muridku dulu, bisa dikatakan murid-murid baruku ini adalah murid idaman. Penampilan rapi, ramah dan sopan kepada orang yang lebih tua menambah nilai plus pada mereka yang memang pada dasarnya manis-manis. Sekali lagi guru juga manusia, di antara sekian kelas yang kumasuki tetap ada yang menjadi kelas favoritku. Favorit bukan berarti kelas itu dianakemaskan atau diberi perlakuan berbeda dari kelas lainnya. Kelas favorit adalah kelas dimana aku selalu semangat jika tiba saatnya untuk mentransfer ilmuku pada generasi berikutnya. Sebetulnya kelas ini tidak jauh berbeda dengan kelas lainnya. Kegaduhan yang menjadi ciri khas anak yang menginjak usia remaja juga mewarnai kelas ini. Aku nyaris berteriak jika berbicara, bersaing dengan gumaman hingga pekik nyaring dua puluh lima anak penghuni kelas ini. Namun ada yang berbeda dalam usahaku mengkondisikan kelas kali ini. Jika dulu aku hampir selalu meledak marah saat kelas bising, di kelas ini entah mengapa aku tidak pernah kehilangan kontrol. Aku selalu kembali tertawa melihat tingkah konyol beberapa anak di kelas ini. Keberadaan beberapa anak juga membuatku semakin betah berada di kelas.Ya, keajaiban kelas ini seolah tak ada habisnya. Sejak dulu aku selalu menyukai anak-anak yang pintar. Mereka selalu mengingatkanku pada masa-masa sekolahku dulu. Sebagai seorang guru aku selalu menuntut supaya murid-muridku rajin belajar sehingga bisa memahami apa yang sudah dipelajari di bangku sekolah. Aku selalu merasa bersalah dan kesal jika mereka tidak memperoleh nilai yang diharapkan. Tapi entah kenapa hal itu tidak terjadi di kelas ini. Meskipun sebagian besar dari penghuni kelas ini tidak begitu pintar, hal itu tidak membuatku merana. Celoteh yang seolah tak ada habisnya sepanjang pelajaran tak pernah menyulut emosiku. Aku bahkan turut tertawa dan bercanda dengan mereka hingga aku merasa jengah karena kebisingan ini mengganggu kelas lain. Gelak tawa dan canda ria ini hampir tidak terasa di kelas lain yang kumasuki. Di kelas tertentu aku bahkan merasa bosan dan cenderung tidak suka jika suasana kelas terlalu riuh. Kucoba menganalisa apa yang terjadi pada diriku. Aku pun bertanya kepada rekan lain berusaha mencari penyebab semua ini. Selidik demi selidik ternyata munculnya kelas favorit ini bukan berasal dari perasaan pilih kasihku semata. Aku menyadari bahwa di tengah kegaduhan sepanjang mereka belajar tidaklah seratus persen melenceng dari materi pelajaran. Murid-murid kelas ini selalu sadar kapan waktunya mereka bercanda dan kapan waktunya serius. Tak mengherankan jika hasil belajar kelas ini pun lebih tinggi daripada kelas lain meskipun rata-rata kecerdasan mereka seimbang dengan dengan kelas lainnya. Murid-murid di kelas ini membuat kelas selalu santai namun kondusif untuk belajar. Hampir tidak ada celetukan tak sopan yang muncul. Mereka betul-betul memahami perlunya menghormati orang yang lebih tinggi posisinya. Kelas ini menyajikan kenyamanan layaknya sebuah rumah yang hangat bagi penghuninya. Aroma persaudaraan terasa begitu kental di kelas ini. Kelas ini akan selalu membuatku merindukannya kelak, ketika tiba saatnya untuk mengucapkan 'Ja mata ne '. Best Class, tetaplah menjadi kelas favoritku dan semoga kalian dapat menempuh masa sekolah ini dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik pula. Bukan hanya nilai yang maksimal tapi jadilah pribadi yang hangat, bijaksana dan sukses selalu.

Tidak ada komentar: