Minggu, 15 November 2009

2012

Heboh pemutaran perdana film 2012 yang merupakan visualisasi dari ramalan kiamat suku Maya di tahun 2012 bukannya tanpa sebab. Kiamat yang juga bisa dikatakan sebagai akhir dunia bukan hanya sekedar ramalan namun diyakini kebenarannya oleh umat Muslim di dunia karena telah tertuang dalam kitab suci Al Qur'an dan sabda Rasulullah Muhammad, SAW. Kepastian akan datangnya hari akhir kehidupan alam semesta ini menimbulkan bermacam-macam perkiraan akan tanggal pasti terjadinya kiamat oleh mereka yang berprofesi sebagai peramal, mereka yang mengaku memperoleh penglihatan dan tak ketinggalam mereka yang ingin populer dengan menimbulkan kabar yang pastinya akan menggegerkan. Kalangan bisnis perfilman pun melihat peluang besar dengan kabar seputar kiamat yang diramalkan akan segera terjadi dalam waktu dekat ini. Dan jadilah film 2012 yang mengusung peristiwa kiamat di tahun 2012 ini berpeluang menjadi box office. Kontroversi seputar film ini sebenarnya tidak perlu terjadi. Sebuah film pada dasarnya adalah sebuah sarana hiburan yang bisa kita ambil hikmahnya. Dengan melihat film 2012 ini kita tidak hanya sekedar turut larut dalam kengerian namun lebih disadarkan akan kebesaran Sang Pencipta. Kita diingatkan kembali kewajiban kita sebagai manusia tidak hanya terhadap Tuhannya juga kepada manusia lain dan alam sekitar sebagai tempat tinggal kita. Lihat saja kondisi sekarang, begitu banyak bencana alam akibat ulah manusia, begitu banyak kemaksiatan terjadi menunjukkan betapa menurunnya iman dan kepercayaan manusia terhadap Yang Maha Kuasa. Perilaku manusia sudah melebihi batas, tak peduli mereka itu siapa, apa yang mereka lakukan akan mencelakai siapa. Negeri ini sedang sakit, bumi terus bergolak. Manusia menggila dengan tingkah amoral mereka. Saling berkelahi, saling menjatuhkan, saling menyelamatkan diri dengan mengorbankan orang lain. Berebut kekuasaan, berebut harta, menginjak mereka yang tak mau terseret arus kemunafikan. Jika banyak ramalan menyebutkan bahwa kiamat akan terjadi pada waktu sekian, semua itu sah-sah saja. Jika kita mau membuka mata akan sekitar kita, sudah banyak kerusakan alam yang terjadi hingga terus-menerus menimbulkan bencana yang tak sedikit menelan korban. Bukankah yang demikian itu adalah kiamat kecil ? Kapankah manusia sadar akan perbuatannya yang cenderung merusak ? Tidakkah mereka kasihan akan anak cucu yang kelak menanggung akibatnya ? Manusia berlomba-lomba menjarah alam, tanpa memikirkan kelestariannya. Lihatlah hutan-hutan gundul, terumbu karang rusak, sungai-sungai tak lagi mengalirkan air jernih. Hewan-hewan mulai punah akibat rusaknya habitat mereka, suhu semakin tinggi akibat pemanasan global yang lagi-lagi adalah efek dari ulah manusia yang sembrono, cuaca berubah-ubah tak menentu menyulitkan mereka yang mencari nafkah dengan bergantung pada cuaca. Tanah, air, laut bahkan lumpur seolah mengamuk dengan aksinya yang selalu membawa kesengsaraan. Jika terus begini tanpa diramal pun lambat laun kiamat akan terjadi. Meskipun demikian jelas tertulis tak ada yang tahu kapan datangnya kiamat. Tak peduli segala ramalan, lebih bijaksana jika masing-masing melakukan introspeksi bersiap-soap menghadapi hari akhir yang pasti akan datang.

Tidak ada komentar: