Minggu, 26 September 2010

Sekilas Cerita di Hari Raya

Masa untuk bersantai akhirnya berakhir sudah, mau tak mau aku harus kembali bergelut dengan rutinitas yang semakin lama bukannya semakin kunikmati namun semakin terasa menyesakkan. Lima hari yang disediakan untuk 'mengecas' kembali baterai energi yang melemah, rasanya jauh dari cukup untuk memulihkan otak yang demikian penuh dengan berbagai pikiran baik pekerjaan maupun pribadi. Namanya juga libur hari raya, jatah hari libur bukannya dimanfaatkan untuk bermalas-malasan, namun diisi dengan berbagai aktivitas tahunan yang umum dilakukan setiap hari raya tiba. Membersihkan dan menata kembali rumah, membuat aneka kudapan khas hari raya hingga menyiapkan bingkisan untuk tetangga, teman dan saudara menjadi agenda sehari-hari. Acara makan malam bersama sobat karib dan kegiatan berburu baju baru serta berbelanja pun menjadi selingan menarik di tengah letih badan akibat kerja keras dengan target sebelum hari raya tiba.
Sedikit muram dengan situasi, aku pun memutuskan untuk ikut mengunjungi sanak family di luar kota. Seperti yang sudah-sudah, bepergian di saat liburan sungguh amat melelahkan. Waktu terbuang di jalanan yang padat merayap. Pening akibat kepanasan dan bau menyengat di dalam kendaraan pun tak terhindarkan. Untunglah pemandangan yang terpampang di jendela cukup membuatku urung untuk terlelap. Berkat keinginan untuk menjelajah daerah baru sekaligus mencari jalan yang sepi meskipun sedikit memutar, aku pun mendapat pengalaman baru sekedar melewati daerah yang belum pernah kudatangi. Akhirnya setelah menempuh waktu yang semestinya bisa dipangkas separo jika dalam situasi normal, aku pun tiba di tempat tujuan. Lelah pun terobati ketika bersua dengan mereka yang kukasihi. Semangat untuk menjelajahi kota di waktu malam pun berkobar. Sayang, hujan lebat menghambat keinginan untuk sekedar melemaskan kaki sembari melihat-lihat deretan kios-kios menarik nan menggugah selera. Meskipun demikian malam kuhabiskan dengan riang, memuaskan keinginan untuk berwisata kuliner setelah lama tidak memanjakan lidah.
Larut malam pun menjelang, namun meskipun lelah aku tak kunjung bisa untuk beristirahat dengan tenang. Ingatan akan esok hari selalu terbayang meskipun aku memejamkan mata rapat-rapat. Setelah satu bulan lebih hanya bertemu lewat kata, akhirnya aku akan bertemu dengannya. Ah ada apa gerangan ? Bukankah sudah sedemikian sering aku menghabiskan waktu bersamanya ? Hmmm yah pikiranku terbagi antara keinginan dengan keengganan akibat rasa jengah dan was-was untuk bertemu 'pertama kalinya' setelah satu yang tersembunyi akhirnya tersingkap juga. Meskipun satu bulan terakhir aku semakin dekat dengannya, semua itu hanyalah sebatas suara dan kata-kata dalam tulisan. Tak pernah terpikir akan seperti apakah sikapku ketika harus bertemu muka.
Sengaja untuk datang terlambat aku dengan sedikit gugup berangkat menuju tempat yang dijanjikan. Gerah pun seketika meyerang, bukan hanya karena gelisah yang tak kunjung reda namun juga karena harus berdesakan dengan orang-orang yang rupanya juga punya tujuanyang sama denganku. Tak sabar aku menanti laju kendaraan yang demikian lambat, berulang kali harus mengusap peluh yang mengucur meskipun pendingin udara bekerja penuh. Aku pun menarik nafas lega ketika udara dingin menerpa, aroma khas deretan rak yang dipenuhi buku-buku berbagai genre memenuhi indera penciumanku. Kegelisahanku pun sedikit berkurang karena itu, tak butuh waktu lama aku pun menyibukkan diri dengan menekuri halaman demi halaman buku cerita bergambar yang memang ingin kubaca.Setelah menghabiskan satu buku, akhirnya yang kutunggu-tunggu datang juga. Bingung dengan apa yang harus kuucapkan ketika bertemu muka, aku pun hanya melontarkan seulas senyum alih-alih mengucapkan kalimat wajib di hari raya dan kembali menundukkan kepala berpura-pura tertarik dengan bacaan di tangan ^^. Selang waktu beberapa lama, akhirnya aku berhasil menggugah keberanianku dan berusaha untuk mengobrol seperti biasa.
Rupanya tidaklah sulit untuk mencairkan kebekuan. Entah karena aku yang mencoba untuk berlaku seperti biasa atau karena banyaknya kesamaan kegemaran yang menjadikan aku dan dia tak kehabisan bahan pembicaraan. Satu hari itu pun seolah berlalu dengan cepatnya. Satu hari yang penuh kegembiraan. Hiruk pikuk di tempat-tempat yang aku dan dia kunjungi meskipun membuatku jenuh dan pening di kepala tak mengurangi keinginanku untuk memperpanjang waktuku dengannya. Sulit rasanya untuk mengakhiri kebersamaanku dengannya, begitu berat aku melepasnya turun, meninggalkanku sendirian selama lebih dari separo perjalanan nan melelahkan. Meskipun aku tahu dalam waktu dekat aku akan selalu ditemani olehnya, susah sekali untuk menahan kedua tanganku untuk tidak terus memegangya. Namun demikian, pada akhirnya aku tak membiarkan keegoisanku menang. Senyum ceria pun tersirat dalam pandanganku untuknya. Dan tak lama kemudian aku pun larut dalam alunan melodi nan menenangkan hati, menemaniku melawan emosi ketika harus terjebak dalam kondisi memprihatinkan yang selalu terjadi di jalanan setiap libur hari raya datang.