Sabtu, 31 Mei 2008

Talent Show


Beberapa tahun terakhir berbagai reality show bertema ajang pencari bakat ramai bermunculan di layar televisi kita. Dari kontes menyanyi, dance, akting hingga pelawak berlomba-lomba mencari rating di balik tujuan mencari bibit-bibit baru yang menjanjikan. Aku yang hobby berkaraoke tentu saja tak melewatkan berbagai talent show yang menampilkan adu suara. Salah satu yang dengan setia kupantau adalah Indonesian Idol yang setiap tahun ditayangkan di salah satu televisi swasta. Kontes menyanyi yang diadopsi dari American Idol ini dimulai dari tahun 2004 dan hingga kini sudah menelurkan empat jawara Idol.
Di antara kontes serupa, bisa dibilang Indonesian Idol paling banyak menyedot perhatian publik. Di mulai dari audisi di beberapa kota hingga akhirnya menyisakan 12 kontestan yang akan bersaing untuk meraih gelar nomor 1. Dari kacamataku, dibandingkan dengan versi asalnya, Indonesian Idol sangat jauh berbeda walau dengan format yang sama. Perbedaannya tak lain terletak dari kualitas vokal yang dimiliki para kontestan. Kalau di negeri adi kuasa itu tiap tahun muncul penyanyi-penyanyi dengan vokal yang istimewa, Indonesian Idol hanya menghasilkan new star dengan vokal sedikit di atas standar. Hasilnya, tak heran jika para jebolan American Idol menjadi populer dengan hitsnya yang merajai tangga lagu di dunia tidak hanya di tahun kejayaannya tetapi mampu bertahan sampai album-album selanjutnya. Berbeda dengan finalis Indonesian Idol yang seolah tenggelam di tahun berikutnya.
Mengapa bisa seperti itu ? Itulah yang ada selalu kupikirkan. Memang dari segi ekonomi Indonesia belum bisa dibandingkan dengan Amerika. Jadi agak sulit bagi artis kita untuk bisa go internasional seperti layaknya artis-artis Amerika. Padahal talenta yang dimiliki artis kita tak kalah dengan mereka. Tapi kalau berbicara tentang Idol, lain lagi ceritanya. American Idol memiliki Clay Aiken, Kelly Clarkson, Fantasia, David Cook, David Archuleta, Chris Daughtry, dan masih banyak lagi finalis yang bersuara emas, berkharisma sehingga Kelly Clarkson yang notabene angkatan pertama pun sampai saat ini albumnya masih laris manis di pasaran. Bandingkan dengan Indonesian Idol, Delon yang waktu itu begitu dielu-elukan, bahkan albumnya mencapai platinum dalam waktu dua minggu saja sekarang harus puas dengan 50 ribu keping dalam minggu awal peluncuran. KUpikir, dari Indonesian Idol 1 hingga ke 5 yang kini tengah berlangsung ada semacam penurunan kualitas vokal yang signifikan. Lihatlah saat Joy Tobing dan Delon bersaing di final, suara mereka sampai membuat merinding, beranjak ke Mike dan Judika dengan suaranya yang khas dan teknik yang bagus, tapi apa yang terjadi pada Ikhsan dan Dirly, Rini dan Wilson ? Wah tak habis pikir, ko suara pas-pasan mereka bisa masuk final ya. Memang mereka menyanyi cukup baik, tapi menurutku belum cukup modal untuk menjadi seorang Idol ( Buat penggemarnya, maaf ya). Kukira letak kesalahan ada di sistem penjurian yang kurang kompeten. Juri-juri Idol memang tokoh-tokoh yang lama berkecimpung di dunia tarik suara, tapi entah kenapa saat mereka melakukan tugasnya memberi komentar, mereka seolah-olah menjadi Randy, Simon dan Paula ala Indonesia ! Belum lagi masalah latar belakang finalis yang terlalu berlebihan dalam diekspos, menggiring pemirsa untuk bersimpati ketimbang mencermati vokalnya.Walhasil, finalis yang hidup menderita pun menang ( membuatku ingat kontes serupa di stasiun tv lain). Ya publik di sini memang lebih menyukai tampang keren, kisah hidup yang tragis kalaupun bersuara indah itu adalah nilai plus. Lain sekali dengan di Amerika sana, Clay yang berwajah ganteng harus mengalah kepada Ruben Studdard, Katherine yang cantik menyingkir untuk Taylor Hicks yang biasa saja bahkan terkesan berumur dengan rambut putihnya, demikian pula dengan wajah tampan dan ayu yang harus pulang di babak awal karena menyanyi di bawah standar.
Jujur, tahun ini aku tidak begitu semangat mengikuti Indonesian Idol. Bahkan aku lebih menikmati show dengan format berbeda yang menurutku pesertanya lebih berkualitas. Apalagi setelah aku selesai menikmati American Idol yang tahun ini betul-betul luar biasa ! Sekilas kulihat dan kudengar kontestan 12 besar tahun ini, dan kembali aku merasa kecewa. Hanya satu yang menurutku layak untuk masuk final, sedangkan lainnya..aku tak tahu mengapa juri bisa meloloskan mereka. Aku berharap untuk berikutnya, kalau masih berlanjut sih juri lebih cermat dalam memutuskan, demikian pula para voter pilihlah berdasarkan kemampuan bukan karena kasihan. Dan yang paling penting, untuk para manajer berusahalah agar bibit yang ada tidak layu sebelum berkembang.

For the Rose


Wajah cantik, tubuh ideal dengan kulit mulus merupakan idaman setiap wanita di mana pun dalam usia berapapun. Otak lebih penting daripada penampilan, kukira hanya sekedar idiom yang belum tentu dilaksanakan di dunia nyata. Memang, alangkah sempurnanya seorang wanita yang dianugerahi fisik indah dibarengi dengan otak yang cerdas. Namun, dalam kehidupan nyata acapkali si cantik lebih punya nilai plus di banding si buruk rupa. Tak bisa disalahkan juga, siapa sih yang tidak suka melihat pemandangan indah.
Beberapa tahun yang lalu ada sebuah telenovela yang membuat gebrakan baru dengan tokoh utama wanita yang seola-olah menyalahi aturan main. Peran utama wanita yang biasanya cantik dan bernasib buruk hingga akhirnya memperoleh kebahagiaan dengan perjalanan yang berliku-liku, dalam telenovela berjudul Betty la Fea ini tidak ada. Sebaliknya, si Betty digambarkan sebagai wanita dengan wajah yang bakal membuat orang mengernyit saat menatapnya. Ya, telenovela ini seolah mengangkat wanita-wanita yang tidak beruntung lahir dengan fisik yang menawan. Betty, yang mewakili kaumnya diceritakan sangat pintar dan akhirnya itik buruk rupa itu bermetamorfosis menjadi angsa yang cantik dan meraih kebahagiaan dengan pria idamannya.
Di dunia manga, Akemi Yoshimura mencoba mengangkat tema serupa. Dalam karyanya yang berjudul For The Rose, Yoshimura-Sensei menuangkan buah pikirannya bahwa orang yang tidak cantik, dan sederhana pun bisa bahagia. Yuri, demikian tokoh utama dalam manga ini digambarkan sebagai wanita usia 18 tahun yang sangat tidak beruntung. Wajah bulat jerawatan, tubuh gendut dengan perut berlipat, paha gemuk, dan kulit berbulu membuat Yuri yang sejak kecil dibesarkan neneknya ini harus menelan pil pahit saat pacarnya memutuskan dirinya dengan alasan lebih suka wajah cantik! Tak sampai di situ, Yuri harus kehilangan neneknya, dan akhirnya ia mengetahui kalau ia yang semula sebatang kara ini ternyata masih mempunyai ibu dan saudara. Dengan penuh harapan, Yuri pergi ke Satsuboro, menemui keluarganya yang belum pernah dikenalnya.
Di Hokkaido inilah, Yuri memulai hidup barunya. Ia sangat terkejut, ketika menjumpai ibunya yang ternyata artis besar dengan kecantikan luar biasa. Yuri pun merasa tersisih ketika mengetahui ketiga saudaranya sangatlah jauh berbeda dengannya. Fuyo, kakaknya sangatlah cantik, Sumire kakak laki-lakinya adalah pemuda tampan bermata biru, Aoi adalah adik laki-lakinya yang berwajah cantik. Dia merasa tak percaya, bahwa mereka sedangkan adalah keluarganya. Dan benarlah, Yuri adalah anak burung yang salah sarang, hanya satu dari tiga bersaudara itu yang benar-benar berhubungan darah dengannya.
Konflik demi konflik hadir di tengah-tengah keluarga yang kacau dan aneh ini. Yuri yang buruk rupa namun baik hati ini akhirnya bisa diterima dan menerima orang-orang aneh ini sebagai keluarganya. Yoshimura sensei betul-betul mengerti akan perasaan wanita-wanita yang seperti Yuri. Yuri yang merasa rendah diri dengan keadaan fisiknya, merasa hancur saat ia jatuh cinta dengan Sumire. Bagaikan pungguk merindukan bulan itulah Yuri. NAmun, setelah melewati berbagai peristiwa Yuri pun menggapai mimpinya.
Manga ini sangatlah menyentuh hatiku. Yuri yang tidak beruntung ternyata dibekali dengan kelebihan yaitu kebaikan hatinya. Ia sangatlah sederhana dan menerima apa yang telah diberikan padanya dengan penuh syukur. Ia pun sangat piawai dalam memahami orang lain. Sebaliknya, orang di sekelilingnya yang biarpun berwajah cantik dan tampan tidak memiliki sifat yang secantik fisiknya. Kata-kata pedas sering terlontar dari bibir yang indah, keegoisan adalah makanan sehari-hari. "Aku benci dengan orang jelek" , kata Aoi saat melihat Yuri. Namun, tidak semua yang cantik itu jahat, di balik kekasaran dan keegoisannya mereka mempunyai wangi tersendiri. Ini ditunjukkan dengan sosok Sumire yang lebih memilih kecantikan batin daripada luar. Itulah mengapa ia akhirnya memilih Yuri untuk selamanya. "Bukannya, kau benci orang jelek", tanya Aoi saat kakaknya memutuskan akan melamar Yuri. " Dulu aku buta sih. Lihat saja, Yuri akan semakin hebat mulai saat ini", jawab Sumire. Seperti ucapan Sumire, seperti apapun bentuknya bunga tetaplah bunga, yang saat mekar pasti indah dan menarik. Ya, apapun jenisnya setiap bunga akan akan menjadi bagian istimewa yang selalu dinanti. Mungkin inilah maksud dari Yoshimura sensei. Walau berpenampilan biasa saja, suatu saat setiap wanita akan mekar dan menjadi istimewa. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.
Pesan dalam manga ini sangatlah luas dan dalam, tidak hanya sekedar kisah itik buruk rupa. For the Rose juga menggambarkan bahwa hubungan persaudaraan, tidak hanya karena hubungan darah semata. Setiap orang membutuhkan pelukan antar saudara yang membawa kehangatan di tengah dinginnya salju. Setiap orang membutuhkan belahan jiwa yang saling mendukung dan melengkapi. JAnganlah kita melihat sesuatu dari luarnya saja, lihatlah secara keseluruhan niscaya kita akan memperoleh sesuatu yang spesial

Jumat, 30 Mei 2008

Cool Guy


Setiap hari Minggu, aku selalu menolak untuk ke luar rumah. Saat kusebutkan alasanku semua sontak tertegun dan tak lama kemudian terbahak. Alasanku mungkin tak masuk akal bagi sebagian orang, tapi hari MInggu adalah hari yang selalu kutunggu-tunggu. Bukan hanya karena hari libur sehingga aku bisa bersantai setelah enam hari berkutat dengan buku dan murid-muridku yang kadang membuatku frustasi, yang lebih penting adalah hari Minggu adalah hari di mana aku bisa menonton acara kesukaanku. Aku dan teman-temanku yang punya hobby sama menjuluki hari Minggu sebagai "hari kartun" sedunia. Dunia siapa ? Tentu saja dunia kami para pecinta manga dan anime. Aku yang paling malas bangun pagi, setiap hari Minggu selalu berada di depan tv saat fajar menjemput.
Di salah satu stasiun tv swasta kita, hari Minggu pagi seolah khusus untuk menayangkan film-film kartun khususnya buatan Jepang. Tak heran aku yang sejak kecil tergila-gila dengan komik selalu menghabiskan waktu santaiku di hari Minggu menikmati judul demi judul anime yang ditayangkan.
Dari sekian banyak anime baik yang populer maupun yang kurang populer, ada satu yang paling kutunggu. Apalagi kalau bukan serial detektif favoritku yang diangkat dari komik berjudul sama karya Aoyama Gosho. Detective Conan atau Metantei Conan adalah manga yang dengan setia kutunggu tanggal terbitnya yang hingga mencapai volume 50 belum juga sampai pada penyelesaian akhirnya. Manga yang sudah 10 tahun berlanjut ini masih tetap disukai dan dinanti para penggemarnya. Apa yang menjadikan serial ini tak kehilangan penggemar walau sudah bertahun-tahun ditulis dan belum selesai juga bahkan belum ada titik terang dari konflik yang mendasari cerita ini ? Dari sudut pandangku sebagai penggemar Conan, kekuatan manga ini terletak pada kelihaian Aoyama-Sensei dalam menulis kasus yang menjadi inti ceritanya. Detective Conan berkisah tentang detektif SMA bernama Shinichi Kudo yang selalu menemui kasus khususnya pembunuhan dan selalu berhasil memecahkan kasus tersebut setelah mempelajari petunjuk yang ada. Remaja yang penuh ingin tahu ini harus menelan pil pahit saat ia lengah dan tertangkap organisasi terselubung. Kudo dipaksa menelan obat APTX yang membuat tubuhnya mengecil menjadi anak usia 7 tahun. Inilah awal dari kisah ini, Kudo yang menyamar menjadi Conan Edogawa berusaha menyingkap organisasi hitam demi mengembalikan tubuhnya ke bentuk semula. Kasus demi kasus ia lewati, dan petunjuk tentang organisasi hitam sedikit demi sedikit terkumpul.
Saat ini di negeri asalnya serial ini sudah mencapai chapter 600-an yang artinya di Indonesia tertinggal lebih dari 100 chapter ! Mengapa demikian ? Ini karena sistem penerbitan serial ini yang sekarang melalui majalah Shonen Star yang beredar sebulan sekali. Padahal, di Jepang sana majalah yang sama terbit satu minggu sekali. Tahu kan apa yang terjadi selanjutnya...
Aku selalu tak sabar menunggu chapter terbaru dari seri Conan ini. Aku juga tak bosan-bosannya membaca ulang manga ini mulai dari nomor awal. Aku tak hanya memperoleh bacaan yang menghibur dari manga ini, tapi aku juga mendapatkan pengetahuan berharga yang bisa kutularkan ke teman dan murid-muridku. Pengetahuan apa saja ? Wah banyak sekali, tak bisa kusebutkan satu persatu di sini. Tentu bukan pengetahuan tentang cara membunuh yang kupelajari, tetapi ilmu yang bisa kuterapkan dalam kehisupan sehari-hari. Sebagai contoh, di salah satu kasus, Conan menerangkan bagaimana cara merawat anak kucing. Wah aku baru tahu kalau anak kucing itu tidak bisa minum susu sapi, pantas kucing di rumahku kena diare ! Di kasus lain aku jadi tahu tentang ular laut, tanaman beracun yang kadang tumbuh liar di kebun, pembersih toilet yang bisa berbahaya bila dicampur, pertolongan pertama untuk menolong orang keracunan dan masih banyak lagi hal-hal berguna yang bisa kupelajari.
Satu yang tak pernah kumengerti yaitu alasan orang-orang untuk membunuh. Aku tak habis pikir betapa mudahnya seseorang mengambil nyawa orang lain padahal ia sama sekali tak berhak. MAraknya berita-berita kriminal yang terjadi dewasa ini semakin membuatku miris.
Cool guy Shinichi, satu perkataanmu yang selalu kuingat " Kebenaran hanya ada satu "

I wish


Ketika aku terlelap, asyik berpetualangan di dunia mimpi, tiba-tiba aku serasa terjun ke jurang yang dalam, saat itu juga aku terbangun. Dengan nyawa yang masih separo aku mengerjap-ngerjapkan mata dengan bingung dan sedikit pusing. Samar-samar kulihat cahaya terang di sebelah kiriku. "oh, ini toh yang membuatku terbangun", pikirku. Segera saja kuraih hpku, ternyata ada sms yang masuk. Kulirik jam yang juga di sebelah kiriku, tepat tengah malam yang berarti waktu sudah beranjak ke hari berikutnya. Aku tidak kaget dengan datangnya sms ini, apalagi kalau bukan dari sahabat yang ingin memberiku kejutan di hari spesialku.
Tak sabar kubuka dan kubaca sms itu, ternyata benar. Terharu juga aku membaca sms kejutan yang berisi ucapan selamat dan doa di hari kelahiranku ini. Aku senang, sahabat rela menunda waktu tidurnya untuk mendoakanku dengan tulus. Bahagia rasanya ada saat aku tahu ada orang di luar sana yang peduli denganku, meski berada di tempat yang jauh.
Penuh rasa terima kasih, kuucapkan kepada semua sahabatku yang telah mengisi hariku dengan kegembiraan. Di usiaku yang hari ini bertambah satu tahun lagi, aku merasa sedih dan hampa. Bagaimana tidak, di bulan yang bertahun-tahun lalu senantiasa menjadi bulan Mei yang indah dan penuh tawa, tahun ini aku harus mulai dari awal lagi yang bahkan aku belum pasti di mana tempatku harus memulai. Harapan-harapanku yang paling kuinginkan belum lagi terwujud. Aku masih harus berjuang, yang bahkan saat ini aku merasa lebih berat lagi. Untunglah, masih ada sahabatku yang selalu ada untuk mendukungku. Mengembalikan tawaku saat aku merasa lelah, membuatku kembali bersemangat untuk melangkah lagi.
Dengan penuh harapan aku ikut berdoa bersama sahabatku. " Semoga aku semakin dewasa, bijak, lancar rejeki dan kebahagiaan selalu menyertaiku. Amin"
Masih banyak tahap yang harus kulewati untuk membuatku hidupku utuh. TApi aku akan tetap semangat untuk berlari hingga aku mencapai tujuan yang tidak hanya membuatku bahagia tapi juga seluruh keluargaku yang kusayangi dan tak lupa semua sahabatku yang tak kan kulupakan di mananpun kalian berada.
Gracias Amigos !! Para siempre...!!!
"WO, SHENGRI KUAILE"

Rabu, 28 Mei 2008

Happy Harry


Finnally, setelah beberapa tahun menunggu aku bisa menikmati episode akhir novel laris karya JK Rowling. Begitu tanggal pasti Harry Potter dalam bahasa indonesia ini terbit, segera aku bergegas menyambangi toko buku langgananku. SAmpai di rumah, aku segera membuka halaman pertama buku ini. Tak sampai semenit kemudian aku sudah tenggelam dalam petualangan akhir penyihir besar HArry Potter dalam usahanya menyelamatkan dunia sihir.
Beberapa jam sesudahnya aku terpekur. Rasa puas menyelimuti pikiranku. Aku ikut merasa lelah, seolah turut berjuang bersama Harry, Hermione, Ron dan teman-teman yang lain melawan Pangeran Kegelapan dan pengikutnya. Aku merasa bahagia, sebahagia HArry yang akhirnya menemukan jalan hidupnya.
Walau aku lega kisah yang panjang ini akhirnya berakhir, aku juga merasakan kehilangan yang amat dalam. Kehilangan rasa berdebar saat menanti kisah ini berlanjut, rasa tak sabar yang selalu ada ketika selesai membaca buku terakhir yang selalu menjanjikan petualangan baru di buku selanjutnya.
Aku masih ingat saat pertama kali membaca buku ini. Seperti biasa, aku membaca milik teman baikku yang sudah lebih dulu kepincut dengan kisah"anak yang bertahan hidup" ini. Tak pelak aku pun ikut jatuh hati pada anak ini. Tak heran jika aku mulai memutar otak mengatur keuangan agar aku bisa mengoleksi buku yang lumayan memberatkan kantong ini.
Tapi tak sia-sia aku kadang harus mengurangi jatah jajan demi HArry Potter. Setiap jilid mempunyai alur cerita yang menegangkan. Selalu ada hal-hal baru yang ditulis oleh pengarang paling kaya di Inggris itu. Sedikit demi sedikit misteri yang menaungi penyihir cilik mulai terkuak dan akhirnya sampai ke klimaks cerita yang mendebarkan.
Aku dan sahabatku menikmati permainan tebak-tebakan tentang kisah kelanjutan HArry. Apa yang membuat HArry terus diburu, akan menjadi apa Harry nanti, dengan siapa ia menikah, berbagai pertanyaan yang belum terjawab saat kisah ini masih berlangsung selalu membuat kami penasaran. Aku pun turut larut dalam dunia Harry yang fantastis, begitu piawainya Rowling dalam menggambarkan dunia sihir, aku sampai merasa hidup di dunia itu. TAk jarang aku dan sahabat-sahabatku mengucapkan kata-kata sihir (dalam hati aku ingin sekali mantra sihir itu berfungsi !) saat berkumpul dan bercengkerama.
Harry Potter sudah usai, tetapi sosoknya masih terus melekat di hati penggemarnya.

Amazing Archuleta


"American Idol 2008 is DAvid...Cook !" , seketika aku merasa lemas setelah kata terakhir diucapkan oleh Ryan Seacrest. Meski aku paham mengapa publik Amrik begitu mengidolai David Cook, tetap saja aku merasa sedikit tak puas. Cook, cowok ganteng berkarisma tidak saja dibekali dengan vokal rock yang matang tetapi juga piawai memainkan alat musik.Tak heran jika ia sangat kompeten untuk menjadi no.1 tahun ini. Hanya saja, sejak awal aku sudah menaruh harapan pada sosok remaja berbakat yang akhirnya harus puas menjadi runner up. Siapa lagi jika bukan David Archuleta. Ya, aku memang penonton setia ajang pencarian bakat yang dilakukan di banyak negara ini. Pada saat audisi yang dilakukan dari kota ke kota, pertama kali aku mendengar dia menyanyi aku langsung terpesona. Di usianya yang tergolong muda, David sudah mempunyai vokal yang matang, tidak seperti remaja seusianya yang masih labil. Saat aku mendengar bahwa David sempat tidak bisa berbicara, sontak aku merasa kagum. Siapapun pasti akan merasa putus asa dengan kondisi seperti itu, tapi dia bisa bangkit bahkan bisa menyanyikan lagu dengan indahnya. Juri yang biasanya sinis pun tak urung menghujaninya dengan pujian. Aku merasa yakin jika anak ini akan berhasil sampai akhir. Ternyata aku tak salah menilai. Tahap demi tahap yang membuat orang depresi, bisa dia lalui dengan baik. Bahkan di setiap penampilannya David selalu mendapat pujian yang berarti David mampu membuat penonton terkesima dengan alunan suaranya yang elegan.
Ketika kontes ini sampai pada ujungnya, menyisakan dua orang David yang sangat berbeda, aku betul-betul merasa puas. Aku memang sangat menyukai keduanya. Siapapun sangat pantas menjadi "Winner". Hanya yang sangat kusayangkan, di saat-saat terakhir ini 'young' David mampu mengungguli lawannya. DAri tiga lagu yang dibawakan semuanya tanpa cela dan mampu membius penonton baik yang melihat langsung maupun yang hanya melihat siaran ulangnya seperti aku ini. Walhasil, kenyataan bahwa David hanya mampu menjadi nomor 2 membuatku kecewa. Aku jadi sadar jika sebuah kompetisi menyanyi tidak hanya bisa dimenangkan dengan vokal dan teknik menyanyi yang sempurna saja, tetapi juga ada faktor-faktor lain yang mendukung. David Archuleta yang lugu dan kadang 'salting' di depan kamera memang bikin gemas, namun Cook lebih menawan dengan aura bintangnya.
Kompetisi telah usai, namun ini adalah awal dari hidupmu. Go on David Archuleta. I'm waiting for your amazing voice.

Banquet is over


Alangkah bahagianya jika kita selalu bersama. Itulah yang terbersit dalam pikiranku ketika harus mengucapkan salam perpisahan. Walau bukan berarti tidak bertemu lagi, namun tetap saja aku harus menahan air mataku mengalir. Aku jadi teringat kalimat indah yang terucap dari bibir "my hero" Kenshin Himura, samurai legendaris yang sampai kini pun masih lekat di hati penggemarnya. Begitu dalam makna yang tertuang dari goresan pena Nobuhiro Watsuki. Tak heran jika Samurai X menjadi sebuah masterpiece di dunia manga.
"Waktu memang berubah, demikian juga dengan manusia. Semua akan pergi memilih jalan masing-masing.Untuk menjalani hidupnya sendiri. Bukan berpisah tetapi memulai perjalanan baru. Bukan berakhir tetapi mengawali sesuatu yang baru. Memang mendengar itu rasanya kita menjadi kesepian. Tapi begitulah kenyataannya.."
Saat membaca kalimat itu, aku merasa sedih. Saat ini aku merasa berjuta kali lebih sedih. Saat satu demi satu orang terdekatku melangkah jauh. Memang bukan hanya aku yang harus mulai dari awal lagi, tapi aku lebih membutuhkan waktu untuk memulai.
Ken-san, aku ingin bijaksana sepertimu. Tak sabar ingin mulai melangkah ke tujuan yang belum terarah.

Selasa, 27 Mei 2008

Amore Nesta


Sejak pertama melihatmu, kau meninggalkan kesan yang dalam di hatiku. Aku masih ingat saat kau dengan sosok elegan berdiri di tepi lapangan hijau, tangan terlipat di dada menyaksikan teman-temanmu berlaga. Kau yang saat itu masih berkutat melawan cedera yang kauperoleh saat membela negaramu di medan hijau.
Alessandro Nesta, itulah namamu mio Il Capitano. Kau yang saat itu masih tergolong muda mampu menempatkan dirimu sejajar dengan seniormu. Tak heran jika kau menjadi incaran klub-klub besar. Namun, dengan setia kau bertahan di rumah yang membesarkanmu Biancoceleste Lazio.
Seiring waktu berjalan, akhirnya kau memutuskan untuk hengkang dari sana. Aku tak menyalahkanmu, karena aku tahu kau pergi karena nuranimu. Aku hanya berharap kau meraih kejayaan di rumah barumu.
Walau aku tak membuat seribu bangau, namun aku tetap setia mengikuti perjalananu. Betapa bangganya aku melihatmu kian bersinar. Kau memupuk rasa cintaku akan Rossonero AC Milan.
Kau mencapai puncak karirmu. Gelar demi gelar kau rebut dan akhirnya impianmu terkabul di tahun 2006. Aku menangis melihat wajah bahagiamu saat mendekap piala itu.
Kini saat kau memutuskan tak lagi bermain dengan seragam biru langit, aku merasa sedih. akhir-akhir ini aku juga jarang melihatmu karena kau acapkali dirundung cedera. Tapi aku tetap setia mendukungmu sampai kau lelah dan melepas sepatumu.
Walau sedih, aku turut berbahagia melihatmu menemukan belahan jiwamu. Kau sekarang bukanlah pemuda sederhana yang selalu kurindukan . Kau kini telah menjadi ayah bagi putrimu yang manis. Kuucapkan selamat dan semoga terus berbahagia. Sampai kapanpun kau adalah pahlawanku di lapangan. Ciao

Mi Querido


Durante mucho tiempo hay un nombre que siempre permanece el en corazon. Durante varios anos yo trato de olvidarselo. Pero yo no se por que yo siempre pienso en ello. Aunque encuentre un nuevo sueno, Esta memoria vieja siempre regresando otra vez. Cuando yo mi siento solo, su figura viene a mi sueno de noche. Las marcas mi arriba con una sonrisa y tristeza felices. Yo nunca me olvidare ese tiempo. Yo lo mantendre como el hermosa mejor memoria en mi vida. El querido yo le pierdo. Aunque sepa donde usted es, yo no le puedo ver. No solo a causa de usted, soy el temor que esta extension de sentimiento en tambien. Quiero muy despedirse. y puedo la vida otra vez trata un mejor futuro.

Friendship


Sahabat, itu kata yang selalu kita cari-cari. Betapapun kita menyendiri, atau mencap diri sendiri sebagai orang yang mandiri, jauh di lubuk hati pastilah seseorang membutuhkan orang yang spesial . Seseorang yang bisa diajak bicara dari hati ke hati, berbagi cerita suka dan duka, dan yang paling penting bisa dipercaya dan memberi support saat kita membutuhkan. Sahabat tidak harus orang yang sepantar, sejenis, sepermainan, dsb. Indahnya sebuah persahabatan dapat kita rasakan saat terjalin saling pengertian antar teman.
Teman sejati adalah harta yang berharga. Itulah inti dari manga karya Eichiro Oda yang bertajuk One Piece. Pertama kali aku melihat anime One Piece di sebuah stasiun tv swasta, aku tak menyukai anime tersebut. Alasannya artwork yang tidak sesuai dengan seleraku. Maklumlah, selama ini aku lebih suka membaca manga yang bishonen atau bishoujo. Tak lama kemudian, aku terpengaruh oleh teman kosku yang punya hobby sama denganku untuk membaca One Piece. Agak ogah-ogahan akhirnya aku mulai membaca dan mencermati lembar demi lembar tankoubon jilid 1. Tak butuh waktu lama bagiku untuk jatuh cinta pada komik ini. Apalagi karena bukan tema dari komik ini. Komik yang menceritakan perjuangan seorang anak bernama Monkey D Luffy yang bercita-cita menjadi bajak laut dan mengarungi lautan untuk menemukan One Piece (harta yang paling diincar pada saat itu). Luffy yang polos dan lugu bahkan sering terlihat konyol berubah menjadi orang yang mengagumkan, kapten yang tangguh saat harus membela keyakinannya demi orang-orang yang dianggapnya teman. Berulang kali Luffy dan kru kapal bajak lautnya yaitu Zorro, Nami, Usopp, Sanji, Robin, Chopper, Franky harus bertaruh nyawa demi sebuah kata yaitu "TEMAN"
Begitu pandainya Oda Sensei meramu cerita sehingga satu demi satu pembaca memahami alasan masing-masing kru sehingga mau bergabung dengan Luffy dalam bendera Topi Jerami. Tak jarang aku dibuat menitikkan air mata saat membaca masa lalu masing-masing kru. Tak terhitung momen dalam manga ini yang selalu membekas di hatiku.
Luffy dengan cita-citanya menjadi raja bajak laut, Zorro yang bertekad menjadi pendekar pedang no 1, Nami navigator yang ingin membuta peta dunia dengan tangannya sendiri, Sanji sang koki dengan ambisinya menemukan All Blue, Usopp si pengecut yang ingin menjadi pemberani, Nico Robin si anak hilang berusaha menemukan sejarah yang hilang, bersatu untuk menemukan impian masing-masing. Suka dan duka mereka lalui bersama demi tujuan akhir. Pada akhirnya tak penting apakah One Piece itu benar-benar ada, karena mereka telah menemukan harta yang paling berharga yaitu "Persahabatan"

Mon Cher Tezuka


Bicara soal cowok idaman, semua pasti punya kriteria sendiri-sendiri. Yah, tipe favorit orang beda-beda sih. Mungkin karena aku terbiasa baca komik dan novel-novel roman, lambat laun aku mulai membetuk sosok cowok idaman sesuai dengan karakter di buku-buku yang aku baca. Kadang-kadang aku berpikir apa aku rada kelainan ya...? He..he.. tapi aku tetep realistis kok.
Sejak aku baca manga Prince of Tennis karya Takeshi KOonomi, aku punya cowok idaman baru. Siapa lagi kalau bukan Buchou Kunimitsu Tezuka !! Duh, keren sekali !! Begitu terpesonanya, sampai aku memakai namanya disini. Yang buat aku kagum walau Tezuka tuh bukan tokoh utama apalagi kalau bukan tampangnya yang ganteng dan berkesan cool. Sejak dulu aku penggemar cowok berkacamata, demikian pula dengan Buchou yang satu ini. Sebagai kapten klub tennis, tentu dia punya wibawa yang begitu besar. Dengan perintah andalan " Lari keliling lapangan !", semua anak buahnya bersatu untuk membawa pulang gelar juara nasional tennis. Belum lagi kemampuan tennisnya yang di atas rata-rata hingga ditakuti musuh-musuhnya. Begitu terbawanya cerita dalam komik ini sampai aku bisa menyelami perasaan Tezuka saat dia harus berjuang melawan cedera. Aku sampai menangis waktu Tezuka meringis kesakitan saat harus berjuang habis-habisan melawan musuh bebuyutannya dan akhirnya harus menelan kekalahan. Yang paling membuatku terharu yaitu saat Tezuka mengorbankan segalanya demi nama Seigaku, tak peduli cedera di tangan bisa membuatnya tak bisa bermain tennis untuk selamanya.Wah, ada nggak ya cowok seperti Tezuka ?

Minggu, 25 Mei 2008

aishiteru2


Aku suka komik dilihat dari tema ceritanya n tentu gambarnya, wajar dong kalau aku suka bishounen...
Ada beberapa komik favoritku. Pertama, komik berjudul Fruits BAsket karya NAtsuki Takaya. Lucunya pertama kali aku membaca komik ini mulai dari seri ke-4 !! Mungkin karena aku terbiasa membaca komik, aku langsung bisa mengerti jalan ceritanya. Yang membuat aku terenyuh hingga berambisi mengoleksi seri lengkapnya adalah kesederhanaan ceritanya. Fruit BAsket menceritakan seorang gadis yang terjebak dalam konflik keluarga yang menyimpan rahasia. Uniknya gadis yang tergolong biasa ini mampu mengubah sifat dan menyelesaikan masalah demi masalah yang terjadi di keluarga tersebut. Dengan keluguannya Toru Honda demikian nama gadis itu mampu mengobati derita yang dialami setia anggota keluarga Soma hingga akhirnya mampu membebaskan kutukan yang membuat mereka menderita.
Berualang kali aku membaca, berulang kali pula aku meneteskan air mata, bukan hanya karena kisah sedih setiap tokoh, tetapi karena dalamnya ucapan Toru yang menyadarkanku bagaimana menghadapi masalahku. Ada sebuah kalimat yang sangat mengena. "Mungkin kebaikan seseorang itu menempel di punggungnya,seperti umeboshi yang menempel di onigiri.Jadi hanya orang lain yang tau betapa baik diri kita, sedang kita sendiri tidak tahu dan kita hanya bisa melihat kebaikan yang menempel di punggung orang lain " Itu hanya satu dari sekian banyak ucapan Toru yang membuatku sadar betapa aku salah memandang hidup ini.
Bisa dibilang selama ini aku hidup di dunia fantasi. Tapi entah kenapa aku merasa enjoy, biar ada temanku yang merasa aneh. Aku pikir, sampai tuapun aku tak bisa lepas dari komik. KArena selama ini, aku mendapat hiburan, pengetahuan, nasehat, ide dan tak ketinggalan cowok impian di komik-komik yang aku gandrungi.

Manga Otaku


Di usiaku yg terbilang dewasa ini, banyak orang di sekitarku yang pada heran, "masa sudah gede masih suka baca komik. Komik tu buat anak kecil ", begitu kata mereka. Aku cuma bisa tertawa kecil. Sebetulnya sudah lama aku pengen meluruskan kesalahkaprahan tentang komik yang trjadi di Indonesia. Aku yang sejak kelas 5 SD sudah gandrung akan komik khususnya manga (komik Jepang) bisa dibilang cukup punya kualifikasi untuk bicara tentang komik mengingat sudah bertahun-tahun pengalamanku di dunia ini.
sebetulnya di Jepang sana (yah meski aku belum pernah ke sana sih) yang namanya komik itu bukan hanya untuk anak kecil. Makanya komik dikategorikan bermacam-macam. Mulai dari rating umur yang menyesuaikan isi komik tersebut dengan batas umur yang diperbolehkan sampai jenis komik mulai dari shoujo manga, shonen, ecchi, yaoi dll, tema komik macam olahraga, percintaan, legenda, dll. Jadi sebetulnya tidak benar kalau semua komik diperuntukkan untuk anak kecil. Di Indonesia, cap komik untuk anak-anak masih melekat. Sebagai contoh banyak anime (film kartun) yang diangkat dari komik ditayangkan pada jam yang diperuntukan untuk anak-anak. Sebagai contoh anime Conan yang isinya tentang detektif sma yang kerjanya mengusut kasus pembunuhan, Ini sangatlah tidak cocok untuk anak-anak maupun remaja ! Walaupun di dalamnya banyak pengetahuan umum yang bisa kita ambil untuk menambah wawasan. Beberapa waktu lalu ada kasus dimana seorang anak mencekik temannya karena meniru sebuah jurus di anime yang tayang di sebuah statiun tv. Inilah salah satu contoh kesalahan pertelevisian kita yang melabeli semua film kartun untuk anak-anak. Ada lagi seorang ibu yang membelikan anaknya komik SINCHAn, padahal isi komik tersebut sangatlah dewasa, walau tokoh utamanya adalah anak 5 tahun. Untuk itu, peran orangtua sangatlah mutlak untuk menyaring mana yang boleh ditonton oleh anak-anak mereka. Bukannya komik atau anime itu merusak, melainkan kita harus pandai-pandai memilih mana yang sesuai dengan umur dan budaya kita

First Time

Moshi Moshi
Sebetulnya sudah lama aku kenal dengan istilah blog, tapi baru nyoba sekarang. Ternyata asyik punya blog. Aku yang paling males nulis di diary, bisa nulis disini.
Yah, sebetulnya aku punya banyak unek-unek yang ga bisa diomongin sama orang lain, habis ga ada teman buat ngobrol siy.
Kemarin aku habis jalan2 di Purwokerto, ketemu teman sekampus. Duh, yang bikin bete transpor naik ! Maklum BBm naik sih. Aku heran sama pemerintah sekarang, rakyat kecil sudah susah dibikin tambah susah. Baru pengumuman rencana kenaikan harga sembako dah membumbung, eh sekarang pas sudah naik beneran, ga tau gimana nantinya. Yang jelas sudah kurasa'in sendiri tuh ongkos naik kendaraan umum, trus harga makanan jadi yang ikut melambung. Maklum minyak tanah di pasaran jd 3500 rupiah. Meski di pengumuman 2500 sih. Sekarang jadi males lihat berita di tv isinya demo melulu. Kalo demo itu sudah biasa, yang bikin aku muak kenapa harus pake tindakan anarkis ? Aku heran dengan para pendemo, mereka bilang mereka mahasiswa, tapi tidak memberi contoh pada orang yang kurang beruntung tidak mengeyam pendidikan setinggi mereka bagaimana cara menyalurkan aspirasi yang baik. Ternyata bukan hanya aku yang muak lho, temen-temen guru di sekolah juga punya pendapat yang sama. Yah meski aku tidak setuju dengan beberapa keputusan PAk SBY, aku setuju waktu beliau mengatakan janganlah melakukan tindakan yang anarkis dan destruktif. Tunjukkan kalau kita bangsa yang berbudaya betul nggak ?
Kenapa para pendemo yang bikin onar itu ga mikir, zaman sudah susah masih merusak fasilitas baik umum maupun pribadi yang seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik di zaman yang tidak stabil ini, bukannya dibuang sia-sia. Apa mereka nggak mikir tuh berapa biaya yang harus dikeluarkan untuj memperbaiki semuanya, darimana uang itu kalau bukan berasal dari rakyat yang sudah kembang kempis ini. Yah pendapat orang beda-beda siy, once again aku heran...