Selasa, 31 Mei 2011

Kesan Pertama

Sudah hampir dua bulan, aku kembali menggeluti dunia pendidikan, wilayah yang sempat terpikir aku tak akan pernah berkecimpung lagi di dalamnya. Dua bulan yang terasa lama dan menyita tenaga lebih-lebih pikiran. Hari ini tepat ketika aku menginjak usia kepala tiga (tepatnya lebih satu hari ^^) aku bertanya-tanya akan kubawa kemana sisa hidupku selanjutnya. Masih kuingat ketika aku pertama kali menginjak kaki di tempat kerjaku yang baru ini, begitu jauh berbeda dengan dunia ku yang dulu selama beberapa tahun kujalani. Berbekal ketidakpastian akan relevansi latar belakang pendidikanku, kebingunganku semakin menjadi ketika mengetahui lebih jauh tentang institusiku yang baru ini.
Entah mana yang benar antara dulu dan sekarang, aku merasakan perbedaan signifikan yang sedikit banyak mengikis semangat dan antusiasme ku untuk berkarya disini. Baru kali ini aku menemui lahan pendidikan yang diarahkan untuk berwirausaha. Memang ada jenis pendidikan tertentu yang mengajarkan untuk itu, namun aku merasa kurang tepat jika sekolah dijadikan lahan bisnis para penghuninya. Aku sesuai dengan apa yang tercantum di selembar kertas adalah seorang guru, yang kupersepsikan bertugas untuk mendidik murid bukannya memutar otak untuk mencari peluang usaha. Sah-sah saja untuk mencari penghasilan tambahan, tapi dimana tanggung jawab sebagai pendidik jika menomorsatukan itu di atas tugas pokoknya ? Kejutan demi kejutan tak mengenakkan kuterima seiring berjalannya waktu aku disini. Sistem manajemen yang terkesan dipaksakan, tuntutan kerja yang lebih menitik beratkan kepada kewajiban, cara kerja yang tidak sistematis berujung pada kurangnya kebersamaan penghuni sekolah membuatku semakin limbung. Apa yang harus keperbuat, apa yang harus kukerjakan, bagaimana aku bisa membaur dengan semuanya ? Semua itu membuatku sedikit demi sedikit mengalami depresi, (berharap agar berefek pada program penurunan berat badan ^^) belum lagi masalah keluarga yang semakin memperumit dan mengusik hidupku yang baru saja mulai tertata nyaman.
Kesan pertama bagiku selalu penting, jika di awal aku sudah merasa tak nyaman aku tak bisa membayangkan betapa jenuhnya aku di waktu-waktu mendatang. Bayangan kehidupan lebih nyaman dan tenang ternyata belum kutemui saat ini. Mungkin memang aku yang sudah merasa lelah untuk berkarya dan mendambakan kehidupan yang mengalir tenang, bolehlah aku menemui riak-riak kecil tapi berharap tak terkena terjangan ombak.

Selasa, 17 Mei 2011

Watashi wa sensei desu^^

Entah sudah berapa bulan aku tidak mengunjungi laman pribadiku ini. Tak seperti dulu, berbagai peristiwa menarik dan kontroversial tak mendorongku untuk bergegas menuju tempat langganan untuk sekedar urun pendapat maupun berkomentar tak jelas. Heboh artis dadakan Briptu Norman yang dengan fasih berjoget india, arogansi anggota dewan yang tetap kukuh membangun gedung baru dengan desain yang sama sekali tak mencerminkan karakter budaya Indonesia, bahkan gempa dan tsunami yang melanda salah satu negara favoritku tak juga membuatku tergerak meluangkan waktu untuk mengolah kata di dunia maya. Masalah demi masalah seputar pekerjaan maupun pribadi menghambat moodku untuk menulis, bahkan membaca pun urung kulakukan beberapa bulan terakhir ini.
Akhirnya datang juga kesempatan atau lebih tepatnya keinginan untuk menyambangi warnet. Meskipun sebenarnya ada alasan lain mengapa aku mau bangkit dari tidur lelapku dan menempuh jarak lumayan jauh untuk sampai di tempat ini ^^. April menjadi bulan yang mengubah jalan hidupku. Memang berita gembira sudah kuterima sejak awal januari lalu, namun perasaan lega baru datang ketika pada akhirnya aku menerima selembar kertas tipis namun berharga. Berkat semuanya setelah sekian tahun berjuang datang juga giliranku untuk menjadi salah satu dari mereka. Aku sendiri juga heran, ketika harapan nyaris terlepas tak disangka-sangka keberuntungan menyertaiku. Bagaimanapun rasa syukur tak habis-habisnya kupanjatkan, inilah awal untuk harapan dan keinginan yang belum sempat terwujud.
Sungguh tak mudah bagiku untuk berganti haluan. Deretan angka dan hiruk pikuk pekerja masih membayangiku tiap hari meskipun aku telah berganti kostum dan berlaku layaknya style ku dua tahun lalu. Perubahan situasi cukup membuatku tertegun. Lingkungan yang dulu pernah kulakoni, dan setelah lama vakum kini aku terjun kembali ke dunia itu. Akan tetapi, walalupun dulu aku telah lumayan lama berkecimpung di dunia anak-anak sekolah, rumah baruku saat ini membuatku bertanya-tanya, "mampukah aku untuk menjalani semua ini ?" Dikarenakan tingkat satuan pendidikan yang jauh berbeda dengan dulu, membuatku bingung bagaimana aku harus memulai dan mengasah profesionalismeku di bidang ini. Belum lagi sekarang aku terlempar ke sebuah institusi yang dipimpin oleh sosok nan arogan dan ambisius, berada di tengah kerumunan remaja yang sedang berada di taraf mencari jati diri sekaligus berjiwa pemberontak sehingga membuatku ragu akan kemampuanku menangani mereka. Untunglah rekan-rekan yang lain begitu terbuka menyambut kedatangan ku (kami) untuk bergabung dengan keluarga besar mereka. Dengan ramah membesarkan hati ku (kami) yang sempat mengerut akibat tuntutan berat yang ditimpakan kepada ku (kami) di awal perjumpaan.
Perangkat pembelajaran, menjadi wirausahawan, mengabdi penuh untuk sekolah, meningkatkan profesionalisme, berbaur dengan rekan sejawat, mengasah kompetensi di bidang lain, membenahi mental dan pengetahuan anak, itu semua sekian dari banyak tugas-tugas yang menantiku untuk segera dilaksanakan. Sungguh suatu tantangan berat yang membutuhkan energi dan kesiapan mental lebih agar tidak menyerah di tengah jalan. Gambaran betapa berat jalan untuk menuju perbaikan standar mutu kehidupan memang masih panjang dan tak diragukan lagi akan sangat berat dan berliku. Namun, untuk saat ini dengan gembira aku akan berkata, " Watashi wa sensei desu "