Selasa, 25 Agustus 2009

Rendevouz

Tak terasa bulan Ramadhan telah tiba. Tak terasa pula sudah lewat enam bulan aku menjalani kehidupan baruku. Tak terasa setahun sudah masa ketika terakhir kali aku berperan menjadi seseorang yang kuimpikan dan selalu kuinginkan hingga kini. Ah, rasanya baru kemarin aku bersendau gurau dengan mereka. Enam bulan nan penat pun berhasil kulewati dengan baik, meskipun ada sedikit ganjalan disana-sini, setidaknya saat ini aku masih bisa bertahan. Omong-omong tentang penat, akhirnya hari yang kutunggu-tunggu tiba ! Saatnya untuk bersantai sejenak, melepas rindu dengan hingar bingar kota Satria. Meskipun rencana sedikit berantakan karena hal-hal yang sudah kuduga namun tetap membuatku jengkel ^^, jadi juga aku berkumpul dengan sobat-sobatku tersayang. Sehari dua malam aku menghabiskan waktu dengan bercengkerama dan menuntaskan keinginanku untuk kembali mencecap aneka masakan nan lezat, khas kota tempat aku menyelesaikan studi dulu. Saking banyaknya macam penganan yang jauh-jauh hari sudah kurancang untuk kunikmati, tak pelak jarum timbangan bergerak naik ^^. "Masa bodohlah ", pikirku. Ya, kesempatan untuk bertandang rutin ke kesana seperti tahun lalu memang telah jarang. Wajar jika libur sehari bertepatan dengan perayaan hari kemederkaan bangsa ini kugunakan dengan sebaik mungkin. Aku bahkan merelakan rencana B-ku di hari itu. Hasilnya sungguh bahagia tak terkira ! Layaknya baterai yang telah berkedip-kedip, dua hari itu kugunakan untuk 'mengecas' penuh-penuh semangatku. Ditemani adik dan sahabat tercinta, aku memuaskan diri untuk kembali menyusuri rute-rute yang dulu biasa kutempuh ketika ingin refreshing sejenak. Kaki pegal, tenggorokan sakit akibat batuk yang tak kunjung sembuh tak mengurangi kegembiraanku akan wisata hari itu. Udara subuh nan segar mengingatkanku akan keberadaan sahabat (Sasuke-kun) yang sayangnya tidak bisa turut dalam temu kangen waktu itu. Walau mata berat akibat kurang tidur, badan lesu karena kelelahan berjalan-jalan tak mengurangi keceriaanku akan hari itu. Thank you very much Kyon, Signora Kaka !
Bulan Agustus menjadi bulan favoritku tahun ini. Bulan dimana akhirnya aku bisa berkunjung kembali ke tempat favoritku. Bulan dimana aku bisa puas mencubit pipi chubby Kyon ^^. Bulan dimana dia ada di dunia ini (meskipun nyaris aku melupakannya kalau saja aku tidak memimpikannya ^^). Bulan dimana aku menghabiskan malam dengan memelototi karakter favoritku. Bulan dimana aku bisa membaur dengan lingkungan dengan lebih baik lagi. teristimewa di penghujung bulan, tibalah saat untuk meraih pahala sebesar-besarnya. Marhaban ya Ramadhan, selamat menunaikan ibadah puasa !

Kamis, 13 Agustus 2009

Fresh


Terkungkung dalam rutinitas pada akhirnya selalu membuatku jenuh. Layaknya seorang Gemini yang pembosan, aku tidak betah mengerjakan suatu hal dalam waktu lama. Sayangnya sesuatu itu kali ini mau tak mau harus kujalani dan entah sampai kapan akan berakhir alias berganti ke hal yang baru. Setiap hari berangkat pagi, pulang sore waktu pun dengan cepat berubah ke malam dan kembali lagi pagi menjelang. Begitulah yang kurasakan, waktu seakan bergulir demikian cepatnya meskipun dari dulu jumlah detik dalam satu hari tetap sama.
Untuk sekedar menekan jenuh malam hari pun kuisi dengan berbagai macam aktivitas favoritku. Jika tidak sedang kelelahan, dalam posisi santai aku tenggelam dalam petualangan vampir keren yang buku dan filmnya sedang laris manis di pasaran. Usai terpesona berat dengan vampir vegetarian aku pun beralih menghibur diri dengan maraton serial klasik hasil rampokan dari seorang teman ^^. Menilik gambar sampulnya dan membaca review di cover belakang aku sempat sangsi akan keapikan serial ini plus aku sama sekali tidak mengenal para pemain utamanya. Iseng-iseng aku pun memutar seri perdananya, dan tak perlu menunggu ke seri-seri berikutnya aku sudah sepenuhnya tertarik dengan jalinan cerita serial berjudul Four Warrior ini. Ya, aku yang keranjingan dengan detektif Conan bisa dipastikan akan menyukai kisah-kisah bergenre serupa. Apalagi latar belakang cerita yang mengambil tempo zaman dinasti Sung yang sudah tentu atribut macam pakaian, rumah, dan pemandangan disesuaikan dengan masa itu. Aku pun bernostalgia dengan hamparan pegunungan batu yang khas negeri tirai bambu, kibasan kipas kertas, gemulainya perempuan cantik dalam balutan tradisional China kuno dan kewibawaan tokoh utama pria dalam berbicara dan bertindak. Dalam sekejap aku pun larut dalam ketegangan ketika menguak kasus demi kasus. Saking seriusnya aku menikmati kepiawaian detektif jadul dalam menelusuri kasus tak terasa tiga hari berturut-turut aku tidur teramat sangat larut. Meskipun pagi harinya aku terkantuk-kantuk, hati terasa puas dan stress sedikit menipis. Demam serial ini pun berlanjut akan kegemaranku mendengarkan musik dan lagu oriental. Beberapa hari berikutnya aku ayik berburu lagu-lagu dengan musik oriental yang kental. Ah, damai rasanya mendengarkan melodi mellow diiringi dentingan kecapi dengan lirik yang dinyanyikan dengan indah dalam bahasa yang sangat kusukai. Jadilah hari demi hari kulewati dengan senandung musik oriental, mengenang kembali kegemaranku di masa lalu. Waktu luang di siang hari pun tak lagi kuhabiskan dalam kantuk melainkan terisi dengan adegan-adegan dramatis dan kelebatan sosok rupawan detektif era dinasti Sung.

Senin, 03 Agustus 2009

Manusia

Perbedaan pandangan dalam menyikapi suatu hal memang lumrah terjadi. Yang menjadi masalah adalah ketika perbedaan itu menjadi bibit perselisihan tanpa adanya usaha untuk mengambil solusi terbaik. Perbedaan semakin meruncing ketika ego masing-masing lebih dominan dari akal sehat untuk lebih bijaksana dan mencoba memahami pemikiran orang lain. Baru-baru ini aku mengalami pengalaman berharga meskipun sedikit menjengkelkan. Kurang lebih lima bulan aku menghabiskan hari dengan duduk manis, mengamati hiruk pikuk kendaraan yang semakin hari makin memenuhi jalan bergelombang akibat tak kuat menahan beban berton-ton tiap menitnya. Lokasi tempatku mencari penghasilan terletak di sebuah perempatan. Meskipun pasar tradisional sudah direlokasi rupaya kepadatan di daerah tersebut masih parah. Hilir mudik kendaraan seakan tak pernah berhenti dengan kecepatan yang berbeda dan pada umumnya melaju cukup kencang. Tak urung kecelakaan acapkali terjadi terutama dari kendaraan yang melaju dari arah timur-barat dengan kendaraan yang hendak menyeberang ke utara-selatan. Aku pun sering menjadi saksi keteledoran pengendara yang tak jarang berbuah kecelakaan maut. Demikianlah kondisi jalan yang menikung, dan bergelombang tanpa adanya traffic light yang mengatur laju kendaraan ditambah pengendara yang kadang sembrono menjadi penyebab kecelakaan terjadi di sekitar perempatan tersebut. Sehubungan dengan hal itu, aku pun berpikir alangkah baiknya jika traffic light diadakan untuk mengurangi kecelakaan akibat proses menyeberang sembarangan. Rupanya tidak hanya aku yang berpikir demikian, teman-teman yang sama-sama menjadi saksi setiap terjadi kecelakaan pun berpendapat serupa. Aku pun memutuskan untuk mengirimkan sms saran ke rubrik Piye Jal di sebuah harian yang memang diadakan untuk menampung saran, kritik dan unek-unek pembaca. SMS yang berisi sebuah pendapat sehubungan dengan respon adanya traffic light baru yang justru menyebabkan macet dan keefektifan traffic light jika dipasang di perempatan lokasi tempat kerjaku sekarang. Tiga hari kemudian smsku pun terpampang di harian tersebut, "wah, semoga pihak terkait mau menanggapi dengan segera dan mengambik tindakan terbaik", demikian pikirku. Nah, tak lama kemudian hpku berdering, pertanda ada pesan masuk. Waktu kulihat pesan berasal dari nomor tak dikenal. Betapa kagetnya aku ketika aku membaca pesan tersebut. Rupanya pesan tersebut merupakan respon dari smsku ke rubrik Piye Jal. Serta merta aku merasa jengkel bukan main. Aku pun mencoba untuk bersabar dan lebih arif, kutekan keinginanku untuk balas memaki-maki pengirim sms tersebut. Bukannya mendapat respon positif, kalimat bernada marah dan cenderung tidak sopan alias menghina terpampang di layar hpku. Dalam hati aku bertanya-tanya siapa dan apa posisi si pengirim sms sampai mengeluarkan kata-kata tersebut. Bukannya ikut mendukung pengadaan traffic light, si pengirim justru mempertanyakan pola pikirku. " Apa gunanya rumah sakit, apa gunanya traffic light", demikian sedikit isi sms tersebut. Waduh, ada apa nih ? Bukankah dengan adanya traffic light justru menambah keamanan penyeberang jalan sehingga memperkecil angka kecelakaan ? Apakah si pengirim berkepentingan dalam artian mendapat keuntungan jika terjadi kecelakaan ? Mau tak mau berbagai pertanyaan pun muncul di benakku. Akhirnya dengan hati-hati aku membalas sms tersebut, dengan merendah aku menjelaskan alasan mengapa aku berpendapat bahwa traffic light lebih efektif jika ditempatkan di perempatan. Sayangnya harapanku untuk mengenal lebih jauh si pengirim tidak terwujud. Hingga kini tidak ada respon dari sms balasanku yang lumayan panjang itu. Padahal aku ingin mengetahui apa alasan si pengirim hingga bereaksi demikian keras.
Ya, pikiran dan hati setiap orang memang berbeda. Namun tidak semestinya emosi dan ego masing-masing dikedepankan tanpa mendengar alasan seseorang dalam berbuat dan berucap. Sayangnya inilah kelemahan bagi sebagian orang. Tanpa memahami duduk perkara langsung saja menuding yang tidak-tidak. Saran dan pendapat yang tidak sejalan dengan pikirannya langsung divonis sebagai bentuk penentangan. Hmmm....agaknya manusia harus lebih giat belajar untuk mengontrol emosi. Hal yang amat susah untuk dilakukan. Lihat saja wakil rakyat kita yang berulang kali nyaris baku hantam di ruang sidang. Cermin buruk emosi yang kurang terkontrol sehingga adu mulut dan fisik menjadi solusi dalam sebuah permasalahan.