Sabtu, 31 Mei 2008

For the Rose


Wajah cantik, tubuh ideal dengan kulit mulus merupakan idaman setiap wanita di mana pun dalam usia berapapun. Otak lebih penting daripada penampilan, kukira hanya sekedar idiom yang belum tentu dilaksanakan di dunia nyata. Memang, alangkah sempurnanya seorang wanita yang dianugerahi fisik indah dibarengi dengan otak yang cerdas. Namun, dalam kehidupan nyata acapkali si cantik lebih punya nilai plus di banding si buruk rupa. Tak bisa disalahkan juga, siapa sih yang tidak suka melihat pemandangan indah.
Beberapa tahun yang lalu ada sebuah telenovela yang membuat gebrakan baru dengan tokoh utama wanita yang seola-olah menyalahi aturan main. Peran utama wanita yang biasanya cantik dan bernasib buruk hingga akhirnya memperoleh kebahagiaan dengan perjalanan yang berliku-liku, dalam telenovela berjudul Betty la Fea ini tidak ada. Sebaliknya, si Betty digambarkan sebagai wanita dengan wajah yang bakal membuat orang mengernyit saat menatapnya. Ya, telenovela ini seolah mengangkat wanita-wanita yang tidak beruntung lahir dengan fisik yang menawan. Betty, yang mewakili kaumnya diceritakan sangat pintar dan akhirnya itik buruk rupa itu bermetamorfosis menjadi angsa yang cantik dan meraih kebahagiaan dengan pria idamannya.
Di dunia manga, Akemi Yoshimura mencoba mengangkat tema serupa. Dalam karyanya yang berjudul For The Rose, Yoshimura-Sensei menuangkan buah pikirannya bahwa orang yang tidak cantik, dan sederhana pun bisa bahagia. Yuri, demikian tokoh utama dalam manga ini digambarkan sebagai wanita usia 18 tahun yang sangat tidak beruntung. Wajah bulat jerawatan, tubuh gendut dengan perut berlipat, paha gemuk, dan kulit berbulu membuat Yuri yang sejak kecil dibesarkan neneknya ini harus menelan pil pahit saat pacarnya memutuskan dirinya dengan alasan lebih suka wajah cantik! Tak sampai di situ, Yuri harus kehilangan neneknya, dan akhirnya ia mengetahui kalau ia yang semula sebatang kara ini ternyata masih mempunyai ibu dan saudara. Dengan penuh harapan, Yuri pergi ke Satsuboro, menemui keluarganya yang belum pernah dikenalnya.
Di Hokkaido inilah, Yuri memulai hidup barunya. Ia sangat terkejut, ketika menjumpai ibunya yang ternyata artis besar dengan kecantikan luar biasa. Yuri pun merasa tersisih ketika mengetahui ketiga saudaranya sangatlah jauh berbeda dengannya. Fuyo, kakaknya sangatlah cantik, Sumire kakak laki-lakinya adalah pemuda tampan bermata biru, Aoi adalah adik laki-lakinya yang berwajah cantik. Dia merasa tak percaya, bahwa mereka sedangkan adalah keluarganya. Dan benarlah, Yuri adalah anak burung yang salah sarang, hanya satu dari tiga bersaudara itu yang benar-benar berhubungan darah dengannya.
Konflik demi konflik hadir di tengah-tengah keluarga yang kacau dan aneh ini. Yuri yang buruk rupa namun baik hati ini akhirnya bisa diterima dan menerima orang-orang aneh ini sebagai keluarganya. Yoshimura sensei betul-betul mengerti akan perasaan wanita-wanita yang seperti Yuri. Yuri yang merasa rendah diri dengan keadaan fisiknya, merasa hancur saat ia jatuh cinta dengan Sumire. Bagaikan pungguk merindukan bulan itulah Yuri. NAmun, setelah melewati berbagai peristiwa Yuri pun menggapai mimpinya.
Manga ini sangatlah menyentuh hatiku. Yuri yang tidak beruntung ternyata dibekali dengan kelebihan yaitu kebaikan hatinya. Ia sangatlah sederhana dan menerima apa yang telah diberikan padanya dengan penuh syukur. Ia pun sangat piawai dalam memahami orang lain. Sebaliknya, orang di sekelilingnya yang biarpun berwajah cantik dan tampan tidak memiliki sifat yang secantik fisiknya. Kata-kata pedas sering terlontar dari bibir yang indah, keegoisan adalah makanan sehari-hari. "Aku benci dengan orang jelek" , kata Aoi saat melihat Yuri. Namun, tidak semua yang cantik itu jahat, di balik kekasaran dan keegoisannya mereka mempunyai wangi tersendiri. Ini ditunjukkan dengan sosok Sumire yang lebih memilih kecantikan batin daripada luar. Itulah mengapa ia akhirnya memilih Yuri untuk selamanya. "Bukannya, kau benci orang jelek", tanya Aoi saat kakaknya memutuskan akan melamar Yuri. " Dulu aku buta sih. Lihat saja, Yuri akan semakin hebat mulai saat ini", jawab Sumire. Seperti ucapan Sumire, seperti apapun bentuknya bunga tetaplah bunga, yang saat mekar pasti indah dan menarik. Ya, apapun jenisnya setiap bunga akan akan menjadi bagian istimewa yang selalu dinanti. Mungkin inilah maksud dari Yoshimura sensei. Walau berpenampilan biasa saja, suatu saat setiap wanita akan mekar dan menjadi istimewa. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.
Pesan dalam manga ini sangatlah luas dan dalam, tidak hanya sekedar kisah itik buruk rupa. For the Rose juga menggambarkan bahwa hubungan persaudaraan, tidak hanya karena hubungan darah semata. Setiap orang membutuhkan pelukan antar saudara yang membawa kehangatan di tengah dinginnya salju. Setiap orang membutuhkan belahan jiwa yang saling mendukung dan melengkapi. JAnganlah kita melihat sesuatu dari luarnya saja, lihatlah secara keseluruhan niscaya kita akan memperoleh sesuatu yang spesial

Tidak ada komentar: