Rabu, 14 Juli 2010

Broken

"Dia OL tuh !", sebaris kalimat di luar topik muncul ketika aku dan seorang teman tengah berbagi saran. Spontan aku mencari nama yang terdiri dari dua kata tersebut di antara sekian nama yang tengah online di situs jejaring Facebook. Dan betapa terkejutnya aku ketika tidak menemukan nama itu. "Mana ?!!!", teriakku dalam kata. " Itu.....!!!", jawab teman yang kutanya. Sekali lagi kutelusuri deretan nama-nama dan sekali lagi aku tak bisa menemukan nama itu. Detik itu juga beribu tanya muncul dalam benakku mengikuti sekilas perih yang menusuk hatiku. Mengapa dan mengapa hanya itu yang kutanyakan, dan hingga kini pun aku tak bisa menemukan jawaban. Kegembiraanku ketika membaca status terbarunya saat itu harus menguap digantikan dengan kekecewaan atau lebih tepatnya sakit hati ketika mengetahui namaku telah hilang.
Kilasan beberapa tahun yang lalu pun terbayang satu persatu, membuatku tak bisa memejamkan mata malam itu. Pertemuan pertama yang biasa saja bahkan nyaris tak berkesan, hingga suatu ketika getaran aneh merasukiku ketika menyadari tatapan matanya yang terarah padaku. Dan sejak itu, perasaan yang istimewa tentang dia semakin bertambah di hatiku seiring dengan semakin seringnya beradu pandang yang ternyata baru ku sadari sekarang bahwa itu bukanlah suatu kebetulan. Aneh memang, bahkan aku sendiri tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Yang kutahu hanyalah setiap kali aku menyadari kehadirannya, detak jantungku semakin cepat. Rona merah yang dengan lihai kusembunyikan dari teman-temanku muncul dari wajahku ketika kami saling memandang meski dari kejauhan. Kebahagiaan absurd ketika hari itu aku mengenakan baju dengan warna yang sama dengannya dan menganggapnya sebagai suatu kebetulan romantis. Kegilaanku untuk menggali informasi tentang dirinya yang untunglah didukung sepenuhnya oleh sahabatku. Kekecewaan berujung tangisanku ketika mendapatkannya tengah merajut kasih dengan yang lain. Sungguh suatu kejadian di luar logika mengingat aku dan dia tak pernah saling mengenal apalagi bertegur sapa, namun jalinan berlatar simpati berujung kasih mengikatku dengan erat. Tak heran ketika aku membaca namanya di daftar mahasiswa yang kan segera meninggalkan kampus, seketika air mataku meleleh, menyadari bahwa tak lama lagi aku tak bisa melihatnya lagi. Tak kan lagi menunggu kedatangannya dengan gelisah, tak ada lagi pandangan-pandangan singkat ketika kami berpapasan, tak bisa lagi menantikan sosoknya yang anggun berjalan dengan menenteng tas di pundak menaiki tangga, menyusuri jalan sempit menuju gedung tua yang sejuk.
Dan kini setelah sekian lama berlalu, dan aku menemukan kembali sosoknya meski hanya sebatas dunia maya, perasaan itu kembali datang. Masih kuingat jemariku bergetar ketika memutuskan untuk mengirimkan permintaan pertemanan. Kehangatan mengingat kenangan indah masa lalu tak berkurang meskipun aku tahu dia sudah terikat dengan orang lain. Harapanku hanyalah aku bisa menjalin pertemanan dengannya sekarang, setelah dulu aku dan dia tak pernah saling mengenal. Dan kini harapan itu harus kandas,hanya dengan sebuah gerakan kecil tangan menekan tombol. Mengapa dia melakukan itu padaku ? Bukankah aku tak pernah menyapanya ? Bukankah aku tak pernah mengenalnya ? Apa alasannya mengacuhkanku dan menerima yang lain ? Siapakah yang bisa memberi jawaban ?
"Mungkin dia tahu ",demikian kata temanku. Benarkah dia tahu ? Andaikan dia tahu mengapa tidak sejak awal mengacuhkanku. " Yah karena kau menusuk hatinya ", jawab temanku. Oh andaikan dari dulu aku tahu, bahwa aku menusuk hatinya bukanlah hanya khayalanku semata, pasti aku akan berusaha mengejarnya. Seandainya aku mempercayai firasatku, andai aku berani untuk memulai mungkin cerita akan lain. Namun rupanya aku dan dia tidak tersurat untuk cerita yang lain. Meskipun demikian aku tak menyesal telah mengenalnya, karena jika boleh mengutip sebuah syair lagu bahwa cinta tak akan pernah salah. Fiuhhhh....penyesalan memang selalu datang terlambat. Saat ini aku tak ingin lagi mengulang kesalahanku untuk yang kesekian kalinya. Andaikan suatu hari nanti aku menemukan kembali sosok seperti dirinya, beranikah aku untuk mengejarnya ? Adakah seseorang yang akan datang untuk mengisi ruang hatiku yang kini kosong? Yang jelas aku tak mau lagi memenuhi anganku dengan harapan semu, betapa aku menginginkan sebuah jawaban yang pasti.


Tidak ada komentar: