Sabtu, 06 Maret 2010

Di Dalam Kisruh Di Luar Ricuh

Menyesuaikan diri dengan namanya yang bermakna satu abad kasus bailout Century yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan masih jauh dari titik terang. Gembar-gembor tuntutan untuk meminta pertanggungjawaban dari orang-orang yang dianggap bertanggung jawab atas kerugian yang ditanggung negara akibat pengucuran dana talangan terus menggema. Kerja senilai kurang lebih lima milyar yang dilakukan pansus Century pun telah dilaporkan dan diputuskan dalam sidang paripurna DPR dua hari lalu. Mengikuti sepak terjang pansus dalam menggunakan hak angketnya untuk menyelidiki kasus Century sangatlah menarik. Seperti sebelum-sebelumnya, kelakuan para anggota dewan yang terhormat dalam ruang sidang kompak benar dengan apa yang terjadi di luar gerbang senayan. Berawal dari keputusan sepihak ketua DPR sekaligus ketua sidang menutup rapat dengan alasan tidak ada agenda penting lagi yang harus dibahas, sekali lagi keributan di ruang sidang terulang dengan begitu jelas di layar kaca yang sedang siaran secara 'live'. Hujan interupsi berujung kaki entah milik siapa yang naik ke meja maupun podium, pelemparan botol air minum hingga nyaris terjadi adu fisik seakan menjadi acara rutin setiap sidang dewan yang membahas topik sensitif. Kumandang shalawat yang diperkeras pun tak mampu meredam emosi yang terlanjur memuncak akibat benturan kepentingan berbagai pihak. Tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di dalam ruangan, di luar massa dari berbagai kalangan baik pro dan kontra pun ikut menggila. Kontan aksi anarkis dalam skala kecil berlangsung dengan cepatnya, menjadikan petugas keamanan harus bekerja keras untuk membendung kerusakan lebih lanjut. Sementara pemerintah masih bersikap 'cuek' dengan hasil rekomendasi pansus yang pada akhir keputusannya memenangkan opsi c dengan cukup mutlak.
Ada apa dengan negeri ini ? Stabilitas nasional yang dulu demikian kokoh sehingga rakyat betul-betul merasakan kenyamanan dan keamanan kini berbalik drastis. Kelakuan wakil rakyat yang kurang beretika semakin sering dipertontonkan, demikian pula kelakuan siswa tertinggi yang dulu berjasa menelurkan sebuah reformasi kini tak lebih dari sekedar omong besar layaknya anak kecil yang harus dituruti kemauannya dan akan menjerit, meronta dan membuat kerusakan jika kondisi bertentangan dengan kehendaknya. Di tengah hiruk pikuk kasus Century yang tidak hanya merugikan negara namun juga para nasabah yang hingga kini belum jelas nasibnya, amatlah wajar jika rakyat menuntut untuk pengusutan tuntas dan menggiring pihak-pihak yang bertanggung jawab ke ranah hukum. Namun demikian, jika diperhatikan dengan seksama kasus ini seakan terlalu dipolitisir, masalah tidak terselesaikan justru semakin meruncing dengan 'perang saudara' di kalangan atas. Percuma saja segala penyelidikan berlarut-larut diselingi perang mulut antar anggota yang beberapa waktu lalu menjadi sorotan jika pada akhirnya hanya menghasilkan sebuah rekomendasi yaitu opsi c alias kebijakan bermasalah. Orang awam bahkan kasarnya seorang anak kecil pun bisa tahu bahwa kebijakan Century memang bermasalah. Tak perlu meminta persetujuan dewan yang justru menimbulkan goncangan politik yang berdampak negatif di berbagai bidang. Terlalu dangkal rasanya jika harus mengucurkan dana sekian milyar hanya untuk sekedar menunjuk satu dua nama orang-orang yang dianggap (sekali lagi dianggap) bertanggung jawab atas kebijakan bermasalah tersebut. Penemuan fakta yang pada akhirnya digunakan sebagai senjata untuk saling serang di ranh politik. Mengapa rakyat harus disuguhi dengan hal-hal demikian ? Rakyat tidak membutuhkan perebutan kekuasaan, masa bodoh dengan 'kawin cerai koalisi', membenci aksi-aksi anarkis egois yang merugikan. Rakyat hanya butuh jaminan keamanan dan kenyamanan dalam hidup. Rakyat memerlukan wakil-wakil yang murni memperjuangkan hak mereka, bukan sekedar pro rakyat di permukaan namun individualis di dalam.
Sungguh malang bagi mereka yang selama ini terus dipojokkan. Memang sebuah resiko bagi seorang petinggi dalam mengambil keputusan. Sebuah perjudian yang membawa keberuntungan berlimpah jika mendapatkan kartu yang tepat namun kalah habis-habisan jika salah mengambil langkah yang mungkin waktu itu dirasa paling tepat. Agaknya rakyat masih harus menunggu lebih lama lagi untuk melihat akhir kasus Century ini. Tidak hanya sekedar menyaksikan pertanggungjawaban petinggi waktu itu, namun harapan lebih ke arah siapa saja yang memperoleh keuntungan dengan kucuran dana talangan ini untuk dimintai pertanggungjawabannya. Cukup sudah waktu rakyat dicekoki dengan perang pernyataan di media. Cukup sudah demonstrasi tak berujung pangkal yang akhirnya hanya merusak mental dan fisik. Rakyat cukup lelah dengan berita-berita kerusuhan baik di dalam maupun di luar ruangan. Sebuah situasi yang jauh dari akal sehat bagi mereka yang dianggap sebagai orang yang berintelektual di atas rata-rata namun rupanya mempunyai taraf rendah dalam hal mengendalikan emosi dan berpikir jernih.

Tidak ada komentar: