Kamis, 11 Maret 2010

Tantangan Baru

Jam dinding menunjukkan pukul setengah enam pagi. Seperti biasanya usai melaksanakan kewajiban terhadap Yang Maha Kuasa, aku kembali menghempaskan diri ke tempat tidur, menyalakan televisi menyimak berita terkini seputar tanah air diselingi dengan meneruskan membaca buku yang belum selesai kulahap. Volume headphone kupasang maksimal, memfokuskan indra pendengaranku dengan alunan musik oriental di pagi hari. Mendadak gedoran keras terdengar di pintu, mendengar suara yang samar-samar kukenal dengan segera aku pun bangkit dari posisi berbaring untukmembuka pintu. Tak dinyana kedatangan bos besar di sela kegiatan jalan paginya seolah menjatuhkan bom di sekelilingku.
Akhirnya tiba juga waktuku untuk berkemas, bersiap menjelajahi area baru di lokasi nun jauh di sana. Bingung, gelisah, khawatir tak tentu arah bercampur baur di kepalaku. Aku yang terbiasa hidup tenang mengikuti arus kini harus melawan gelombang. Bukan hanya tanggung jawab yang lebih besar menanti, namun lebih kepada ketidakpastian akan apa yang menjadi tugasku nanti. Meskipun sang bos sudah cukup jelas menyatakan posisiku, sedikit kekacauan di awal mulai terjadi. Demikianlah aku harus mulai dari nol, berusaha semaksimal dan sekuat kemampuan pikiranku saat ini untuk mempelajari hal yang baru. Mencoba untuk belajar mengambil langkah yang tepat, bekerja sama dengan rekan-rekan baru yang sama tidak pahamnya dengan diriku akan tugas yang menanti.
"Mampukah aku bertahan ?", pertanyaan ini tak bisa kuhilangkan dari benakku, membuatku kehilangan ketenangan yang sulit untuk dijauhkan meski aku dikelilingi penyejuk hatiku selama ini. Yah, usai meninjau lokasi seharian penuh, kegalauan semakin menjadi-jadi dalam diriku. Jika semula aku mengkhawatirkan kehidupan yang kelak terisolir dari peradaban modern, kini aku lebih memikirkan apa yang harus kumulai disana. Tanpa bantuan dari seseorang yang telah berpengalaman di bidangnya, hanya bersama segelintir rekan yang masih sama amatirnya, aku sama sekali belum mempunyai gambaran akan apa yang harus dilakukan. Setelah memeriksa kondisi tempat yang baru yang benar-benar masih kosong melompong, meskipun aku tahu secara garis besar pekerjaan baruku nantinya, tetap saja aku kebingungan bagaimana menjalankannya nanti. Pikiranku benar-benar kusut dengan rencana-rencana yang saling tumpang tindih. Mempelajari hal di luar kemampuanku, mengorganisir sesuatu yang masih abstrak, mencari akomodasi yang layak, menjawab berbagai pertanyaan yang aku sendiri tak tahu benar jawabnya hanyalah sedikit dari sekian banyak benang ruwet di pikiranku.
"Sabar Mba, jalani saja dulu, semoga sukses,.......... ", ya semua harus dilalui setahap demi setahap. Mengingatkanku akan nasihat bijak seorang Shigure, "Jika ada banyak cucian di sekitarmu jangan memikirkan kapan selesainya, cucilah sehelai demi sehelai dimulai dai yang ada didekatmu, dan lama-lama semua akan tercuci bersih". Hmmm, dengan dukungan kerabat dan sahabat aku mencoba untuk meneguhkan hati, memantapkan tekad untuk berbuat sebaik-baiknya menjawab tantangan baru. Entah berhasil atau tidak, aku mencoba untuk menabahkan hati yang selama ini terlalu lembek dan penuh dengan ketakutan untuk keluar dari cangkang yang nyaman. Semoga...........

Tidak ada komentar: