Senin, 02 Maret 2009

Untukmu Sahabatku : Selamat, Terima kasih dan Maaf


Walaupun jauh hari salah seorang sahabatku sudah woro-woro perihal pernikahan sahabat nun jauh disana, ketika undangan tiba aku kaget juga. Sabtu sore, hujan deras mengguyur membuat aku malas ke luar rumah. Penat setelah seharian berkutat dengan angka di layar komputer, aku asyik bermalas-malasan sambil menonton berita televisi. Tahu-tahu ada seseorang memanggil namaku. Bergegas aku menghampiri si empunya suara, oh...ternyata dia mengantarkan undangan pernikahan. Setelah berbasa-basi sejenak, aku pun membuka undangan berwarna coklat tersebut. Begitu membacanya, aku tergelak, "betul-betul lain dari yang lain, cocok dengan karakter sang mempelai". Hal kedua yang kuperhatikan dari undangan itu adalah waktu resepsi. Untunglah waktunya memungkinkan untukku dan temanku menghadiri moment bahagia tersebut. Yah, ketika tahu bahwa resepsi pun digelar di tempat asal sahabatku, keinginan untuk melihatnya bersanding sangatlah kuat. Bertemu setelah sekian lama, apalagi di hari bahagianya pastilah teramat berkesan. Hal ketiga yang kulakukan adalah mengontak nama yang tertera di dua undangan lainnya. Keesokan harinya, aku bertandang ke rumah sahabatku yang sama-sama diundang. Pembicaraan antara kami sangatlah ramai. Selain merundingkan waktu untuk datang bersama, diskusi tak lepas dari hadiah apa yang pantas untuk menjadi kenang-kenangan dari kami untuk sahabat yang telah melepas masa lajangnya. Akhirnya kami sepakat memberi sesuatu yang mudah untuk dibawa. Keputusan yang diambil mengingat situasi. Sayangnya, semua yang sudah direncanakan dengan matang, harus gagal gara-gara alasan sepele. Meskipun sedih, kami berdua dengan percaya diri yakin bahwa kedatangan kami pun menjadi hadiah yang indah ^^. Tak terasa lebih dari tiga jam kami mengobrol, membicarakan masa-masa menyenangkan saat kami menjadi teman sepermainan dulu. Tak disangka, semua perasaan ketika duduk di bangku SMP pun terungkap. Rupanya sahabatku pun merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan dulu. Sebagai anak biasa, kami berada di luar lingkungan sekolah yang dikuasai oleh kumpulan anak "kelas atas". Sebuah keadaan menyesakkan, cukup membuat anak usia belasan yang sedang berkembang merasa terpinggirkan. Untunglah, di masa membingungkan ini, sahabat yang telah menemukan pendamping hidup untuk selamanya ini ada. Bermula dari lokasi tempat duduk yang berdekatan, akhirnya membuat kami cukup akrab. Aku sempat kaget juga ketika mengetahui sifat aslinya. Figur cowok pendiam runtuh seketika setelah melihat dan pastinya merasakan sendiri kecerewetan, ejekan dan kejailannya yang tak putus-putus. Tak pelak, kehidupan kami di bangku SMP menjadi menyenangkan dengan keberadaannya. Tiada hari tanpa canda dan hal-hal gila yang sempat membuat anak lain heran dan tak sedikit yang iri lho ^^. Namun di balik polah nakalnya yang tak terkira, tak bisa kupungkiri bahwa kebaikan hati menjadi salah satu sifatnya. Walaupun mengoceh, pada akhirnya dia selalu siap membantu tanpa pamrih. Sungguh satu sikap yang sangat kami hargai, apalagi mengingat waktu itu kebaikan yang murni kebaikan tergolong langka.
Puas bernostalgia dengan mundur beberapa tahun, akhirnya aku pun pulang dengan hati lega. Seminggu berlalu, akhirnya tiba juga tanggal yang tertera di undangan. Pukul tujuh lewat, aku dan dua sahabatku berdandan rapi dan bertolak menuju tempat resepsi. Betapa bingungnya aku ketika mendapati ruangan telah sepi. Kuperhatikan, tamu-tamu yang ada tinggal mereka yang punya hubungan saudara. Sejenak terhenti di pintu masuk, kami akhirnya berkesempatan untuk menyalami pengantin yang berbahagia. Wah, lama tak bertemu nampak perbedaan dari sahabatku ini. Namun pada dasarnya, gurat-gurat seorang Vendi yang dulu masih tetap ada. Sayang, niat hati untuk tinggal hingga acara selesai dan mencuri kesempatan untuk mengobrol terlewatkan. Gamang antara dua pilihan yang sama-sama enggan untuk dilewatkan membuat malam itu terasa berat.
Bagaimana pun, dengan tulisan ini teriring ucapan selamat untuk Vendi & Didia, semoga bahagia untuk selamanya. Untukmu sahabatku, aku juga mengucapkan terima kasih atas uluran persahabatanmu. Tak lupa permintaan maaf dariku, melewatkan permintaanmu untuk tinggal sejenak. Aku yakin, ucapanmu 'biar ketularan" itu melambangkan bahwa buket pengantin itu tertangkap olehku.

Tidak ada komentar: