Sabtu, 03 Oktober 2009

Batik, Gempa dan Wakil Rakyat

Jumat tanggal 2 Oktober lalu status yang tertera pada jejaring sosial facebook hampir semua berkomentar tentang batik. Sehari sebelumnya aku pun sempat membaca sebuah ajakan untuk berpartisipasi mengenakan batik pada hari tersebut. Tak ketinggalan, program televisi apapun jenisnya juga secara eksklusif menayangkan berita seputar batik. Meskipun di tempat aku berada tidak terlihat antusiasme tentang batik dari tayangan televisi dan komentar teman-teman di facebook aku bisa menyimpulkan betapa hari itu Indonesia berubah warna menjadi batik. Sebagian besar orang terutama pekerja kantoran dengan sukacita mengenakan batik. Ada apa gerangan ? Rupanya pesta kostum dengan tema batik itu merupakan bentuk kegembiraan warga negara Indonesia atas dikukuhkannya batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Pengakuan ini menjadi penting untuk Indonesia tak lain karena beberapa waktu belakangan ini banyak budaya maupun hasil karya anak negeri yang diakui kepemilikannya oleh negara lain. Sebut saja peristiwa lepasnya beberapa pulau yang seharusnya tergabung dalam NKRI, pengakuan akan hak paten tempe, pengakuan kepemilikan akan lagu dan tarian daerah. Semua pasti mahfum siapa (baca: negara mana) yang dengan seenaknya dan bersikeras menjiplak kalau tidak bisa dibilang mencuri akan produk. dalam negeri tersebut. Nah, penetapan batik Indonesia oleh UNESCO yang notabene badan dunia di bawah naungan PBB tersebut merupakan kemenangan atas perjuangan Indonesia atas klaim batik oleh negara tertentu. Wajar jika pada hari itu warga Indonesia tanpa harus dikomando memakai batik yang menyatakan "Inilah batik Indonesia". Yah, batik meskipun sempat diklaim oleh bagsa lain memang benar-benar Indonesia. Batik tersebar di berbagai daerah dengan ciri khas masing-masing. Motif pun beraneka ragam dan terus bertambah dengan lestarinya pengrajin batik. Batik tidak sekedar coretan di sehelai kain, namun dibalik lekuk leku gambar dan warna batik mempunyai arti yang diyakini kebenarannya oleh rakyat setempat. Jadi jika batik sampai diakui kepemilikannya oleh negara lain, sungguh sebuah hal yang mencoreng muka Indonesia.
Pengakuan dunia akan batik Indonesia merupakan sebuah hiburan tersendiri ketika tanah air sedang dilanda kedukaan beruntun. Belum hilang trauma akan gempa Jawa Barat, gempa dasyat yang memang sudah diramalkan sebelumnya kembali mengguncang bumi pertiwi. Aku tak berani membayangkan seperti apa yang dirasakan saudara-saudara kita di Padang sana. Yah, guncangan kecil beberapa waktu lalu yang terasa di tempatku sekarang pun sudah membuat panik warga setempat, tak terbayang kengerian yang dirasakan mereka yang berada di pusat gempa. Memang Indonesia yang terletak di antara dua lempeng benua menjadi rawan akan bencana alam. Namun pengertian akan kondisi alam tersebut tidak mengurangi ketakutan akan bencana yang sewaktu-waktu terjadi dan sulit untuk diprediksi. Lihat saja gempa sebesar lebih dari 7 skala Ritcher yang berpusat di Padang ini. Betapa banyak rakyat yang menjadi korban, betapa banyak kerugian yang ditimbulkan. Disaat para wakil rakyat baru dilantik, disaat pemerintah mengucurkan dana milyaran rupiah demi suksesnya acara, gempa dasyat menjadi kado pertama untuk didedah pemerintahan baru nantinya. Ah, semoga gempa kali ini tidak lebih buruk adanya dengan penanganan yang tidak efektif. Jangan sampai sudah jatuh tertimpa tangga pula. Namun naga-naganya kemalangan beruntun tetap terjadi seperti bencana-bencana sebelumnya. Jika apa yang diberitakan itu benar, kemana solidaritas itu pergi ? Harga tiket yang melonjak, bantuan yang tak kunjung didistribusikan, dan entah apa lagi kesalahan serupa yang semakin memperburuk keadaan. Untunglah ada itikad baik dari wakil rakyat terpilih dengan menyumbangkan gaji pertama mereka untuk membantu korban gempa. Semoga niat baik ini tidak hanya terjadi di awal saja, namun tetap dipertahankan sampai kemudianhari ketika rampung masa jabatan mereka. Tunjukkan bahwa apa yang disebut wakil rakyat benar-benar menyuarakan aspirasi rakyat. Buktikan bahwa kali ini lebih baik dari sebelumnya, bekerja dengan sungguh-sungguh tanpa mengharapkan apa yang disebut dengan balik modal.

Tidak ada komentar: