Kamis, 01 Oktober 2009

Melodi Nan Pelik


" Lagu apaan sih ? Seriosa ya ? Kok, senenge musik kayak gini ?", itu dan masih ada sederet komentar serupa dari orang-orang di sekitarku ketika mendengar daftar file music di perangkat baruku. Kadang aku tak kuasa menahan jengkel ketika mendengar nada meremehkan dari mereka yang notabene tidak tahu namun sok tahu sehingga merasa cukup valid untuk menentukan bagus tidaknya sebuah pilihan. "Selera orang kan berbeda !", ucapku setengah geram ketika untuk kesekian kalinya aku menerima kata-kata nyinyir seseorang. Hmmph...di zaman reformasi alias bebas berpendapat begini masih ada saja personal yang tidak menghargai pikiran (baca : kesukaan) orang lain.
Pepatah lain 'ladang ladang lain belalang' memang benar. Jika komunitasku dulu cenderung menerima bahkan ikut menikmati apa yang menjadi kegemaranku, lingkunganku sekarang amat sangat berbeda. Meskipun wajar jika ada perbedaan apalagi ketika menyangkut hobby dan seputarnya, namun ketika timbul pendiskreditan mau tak mau emosi pun ikut bicara. Berhubung aku tidak suka ribut-ribut karena masalah sepele, walhasil satu dua sahabat dan terutama wahana blog inilah yang menjadi tempat sampah alias penampungan unek-unek atau lebih tepatnya caci maki yang menumpuk di batin. Namanya juga sahabat, usai berkeluh kesah hati menjadi ringan dengan guyuran simpati atau pun dukungan moril alias ikut naik darah ketika mendengar ceritaku ^^.
Apa sih masalahnya ? Ya, penyebab naik turunnya emosiku kali ini berkisar soal musik, lagu , irama, tembang atau apalah istilahnya untuk menyebut nada-nada apik yang dirangkai menjadi jalinan melodi indah. Aku sendiri pun maklum jika ada orang yang menyebut seleraku terhadap musik aneh. Dengan situasi tempat aku berada dari dulu hingga kini memang kurang pada tempatnya jika mempunyai selera musik demikian. Entah sejak kapan aku mulai menggemari musik instrumental, lagu-lagu seriosa hingga musik yang disebut musik klasik. Meskipun aku sama sekali buta tentang musik klasik (boro-boro memainkan alat musik ^^), telingaku merasa nyaman dengan nada-nada genre tersebut. Sempat vakum beberapa lama akibat kesibukan dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk enjoy dalam kehangatan sebuah lagu seperti dulu, akhir-akhir ini kecintaanku akan musik barat dari abad 18 hingga abad 19 tersebut kembali bangkit. Ada apa gerangan ? Rupanya hobbyku yang satu dengan yang lain berhubungan. Bermula dari sebuah manga (komik Jepang) berjudul Nodame Cantabile yang berlatar belakang pianis, musik klasik, concerto, dan sebagainya inilah ketertarikanku terhadap musik yang menggunakan peralihan dinamik dari lembut sampai keras kembali tergugah. Kekagumanku akan musik dengan akor 3 nada ini semakin bertambah ketika secara nonstop aku menyaksikan versi dorama dari komik tersebut. Kepiawaian akting si pemeran utama membuatku semakin larut dalam sonata karya Mozart, Brahms, Beethoven maupun Rachmaninoff. Gara-gara kesengsem berat dengan si konduktor yang jago memainkan piano dan violin, beberapa hari belakangan ini aku menyempatkan diri untuk berburu karya-karya jenius musik klasik tersebut. Jadilah file musikku penuh dengan gubahan orkestra ataupun solo piano yang memainkan sonata, symphony terkenal. Inilah yang menjadi sumber percekcokan diam-diamku. Namun demikian, apapun yang terjadi kecintaanku akan musik ini tidaklah surut. Di tengah heningnya malam, di saat jiwa tidak tenang, tatkala mata sulit untuk terpejam, alunan piano dan lantunan dawai violin meluruhkan gundah dan sedikit demi sedikit lilitan depresi mulai mengendur. Dan pada akhirnya kantuk yang tak kunjung tiba pun mulai menyapa. Inilah sekelumit cerita di balik berjuta puji syukurku akan karunia panca indera yang demikian sempurna. Bagaimanapun peliknya aku setuju saja dengan idiom "emang gue pikirin !!!"

Tidak ada komentar: