Minggu, 11 April 2010

Gresik : Sabar Menanti



Belum usai penat di badan akibat terlalu memforsir tenaga untuk menjauh sejenak dari masalah, tak disangka aku harus kembali berkelana. Berawal dari turunnya perintah untuk menyusul tiga orang rekan yang sudah lebih dulu berangkat, tanpa sempat bersiap-siap ataupun merasa takut karena harus berkunjung ke daerah yang belum pernah kudatangi, dengan sedikit uang di tangan aku membulatkan tekat untuk berangkat ke sebuah kota industri di ujung timur pulau Jawa. Informasi yang datang terlambat membuatku merasa khawatir dengan sukses tidaknya perjalananku kali ini. Bimbang, takut dan gelisah ditambah rasa lapar dan haus karena belum sempat mengisi perut memenuhi pikiranku semenjak duduk manis di bangku kereta Pasundan jurusan Bandung-Surabaya. Untunglah orang-orang di sekelilingku demikian ramah, mungkin karena berasal dari satu daerah dengan tempat asalku. Aku pun menghabiskan lima jam pertama menuju Surabaya dengan berceloteh bersama satu keluarga yang ramah itu. Ketakutan akan harus bermalam di stasiun terakhir kota Surabaya pun menghilang untuk sesaat.
Namun pada akhirnya dengan senyum kecut aku pun harus mengantar kepergian keluarga itu turun di stasiun Watu kukuh, masih terpaut jarak lumayan jauh dari tempat tujuanku. Menginjak wilayah JAwa Timur yang baru kali ini aku lalui, aku pun menghabiskan waktu untuk bersistirahat memejamkan mata. MAklumlah jalur kereta api tidak menyajikan pemandangan yang bisa kunikmati di sepanjang perjalanan. Tepat tengah malam, kereta pun tiba di stasiun Semut, pemberhentian terakhir kereta Pasundan di Surabaya. Dengan cekatan aku meloncat turun dari kereta (meskipun ada hal di luar dugaan ^^), terburu-buru mengikuti seorang remaja asal Tasikmalaya yang hendak menuju MAdura dengan siapa aku meneruskan obrolanku setelah keluarga asal KEbumen itu turun. Tiba di stasiun, aku pun menarik nafas lega. Rupanya banyak orang-orang yang sepertiku di sana. Tanpa ragu ataupun malu, aku pun merebahkan diri di sebuah bangku panjang, melemaskan otot sembari menunggu pagi tiba.
Belum satu jam aku terlelap, aku mendadak terbangun di tengah sorak-sorai orang di sekelilingku. Ada apa gerangan ? Owh rupanya dini hari itu ada siaran langsung liga Champion antara MU versus Bayern Muenchen. Tak bisa tidur lagi, aku pun ikut duduk menatap terpaku pada layar kaca 21 inchi yang terletak cukup jauh dari jarak pandangku. Subuh pun tiba, aku pun bergegas untuk melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya. Aku sendiri masih bingung kemana aku harus berjalan, lagi-lagi bantuan datang, seorang petugas stasiun yang baik hati memberiku petunjuk, menyarankanku agar menunggu matahari lebih tinggi lagi untuk berangkat. Walhasil kami pun duduk di pojok, mengobrol santai mengawasi lalu lalang orang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Kurang lebih dua jam kami ngobrol ngalor ngidul hingga waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Penuh terima kasih aku pun berpamitan, dengan setengah hati harus menolak tawaran petugas untuk mengantarkanku ke kota sebelah. Penuh percaya diri aku melangkah sesuai petunjuk cowok hitam manis itu, menoleh ke kanan kiri mengagumi keindahan gedung-gedung tua yang megah. Setengah jam kemudian sampailah aku di kota Gresik, kota kecil namun besar di bawah nama Semen Gresik dan Petrokimia Gresik.
Sabar menanti, itulah julukan tepat yang dilontarkan seorang rekanku berdasarkan pengalaman tiga hari di Gresik. Dari awal keberangkatanku ke Gresik, menunggu menunggu dan menunggu menjadi agenda utamaku. Bermula dari menunggu jemputan yang membuatku nampak seperti Bolang alias Bocah ilang di pertigaan kawasan Petrokimia, dilanjutkan dengan menunggu tutor yang mestinya mengajar aku dan rekanku melakukan analisis kimia pada sampel, menunggu jatah makan siang yang tak kunjung datang sementara perut kami sudah berkeruyuk minta diisi, menunggu untuk diantar ke tempat persistirahatan hingga harus menunggu jemputan untuk kembali ke lokasi pelatihan. Hufttt, amat sangat tidak profesional demikian pikirku mengenai seputar pelatihan. Aku yang dulu terbiasa dengan perencanaan matang sebelum melakukan sebuah pekerjaan yang butuh ketelitian dan akurat, hanya bisa tercengang dan geleng-geleng kepala melihat hambatan-demi hambatan yang mengahalangi jalannya pelatihan. Peralatan yang belum lengkap, kemikalia yang tidak ada, tanpa buku petunjuk hingga tutor yang tiba-tiba hilang ingatan membuatku terkena penyakit 'bete' dan berkali-kali menahan kuap agar terlihat sopan.
Namun di sela-sela ketidaksabaran, aku sedikit menikmati dua malam di Gresik. Damai dan tenang menyelimutiku, membuat nafsu makanku yang dua minggu terakhir ini bisa dikatakan tidak ada kembali memuncak. Seorang diri di hotel megah di kawasan tengah Gresik membuat keinginanku untuk menjelajah muncul. Aku pun dengan cueknya menyusuri jalanan di sekitar hotel, sibuk memilih makanan apa yang akan kucicipi malam itu ^^. Krengseng, nasi krawu dan rawon itulah sedikit dari sekian makanan khas Jawa timur yang sempat kucoba. Sayang waktu tak memungkinkan aku untuk berkeliling berburu oleh-oleh khas Gresik untuk dibagikan ke keluarga dan teman-temanku.
Sabar menanti, kata ini terus mengikutiku hingga tiba waktunya untuk pulang. Jenuh dengan ketidakpastian, aku dan rekanku akhirnya nekat untuk meninggalkan Gresik memburu waktu agar bisa sampai di rumah secepat mungkin. Karena ketinggalan kereta, aku pun harus menahan diri di tengah sesaknya bus ekonomi yang memuat penumpang sebanyak-banyaknya. Akhir minggu rupanya menjadi waktu serentak para pekerja di Surabaya untuk pulang ke tempat masing-masing. Aroma campur aduk dan desakan tubuh-tubuh kuyu membuatku muak. Namun lagi-lagi sabar menjadi kata panutan untukku. Yah, meskipun harus menutup hidung menahan serangan asap rokok, mataku tak tahan untuk melahap pemandangan yang terpapar di kaca depan bus. Kota demi kota di JAwa Timur kulalui, meskipun tidak seluruhnya cukuplah jika aku pernah mengenal sekaligus melewatinya. Pemandangan spektakuler di malam hari, ditambah dengan tangan yang sibuk memencet keypad untuk mengobrol via sms membuatku kuat menahan kantuk hingga tengah malam. Dua jam menjelang subuh, sampailah aku di rumah yang kurindukan. Kembali bergelung di peraduanku yang selalu membuatku nyaman dan tertidur pulas.

Tidak ada komentar: