Kamis, 13 Oktober 2011

Ujian Kedua

Beberapa hari menjelang kesibukan di sekolah mencapai puncaknya sesuai jadwal yang ada, kejutan demi kejutan tak menyenangkan menghampiri. Berawal dari sebuah kesalahpahaman yang menyebabkan riak kecil dalam sebuah hubungan, meskipun sesaat sesudahnya kembali tenang, jauh dalam benak masih tersimpan sebuah tanya. Terpengaruh oleh emosi sesaat, keingintahuan akan sebuah kejelasan menuntut untuk terpenuhi. Satu, dua,tiga hari ketika api telah benar-benar padam dan aliran rasa percaya nan menentramkan mulai menghanyutkan, badai itu kembali datang. Sebuah kenyataan pahit meruntuhkan pondasi rencana masa depan yang mulai dibangun. Memang satu kebohongan akan membawa kebohongan yang lain, meskipun pada akhirnya semua akan terbuka juga. Sebuah kejanggalan peristiwa di masa lalu yang akhirnya terkubur begitu saja, kini telah tiba waktunya untuk digali kembali, menunjukkan apa yang tersimpan selama ini. Dan ketika aib itu terbongkar, sosok yang begitu akrab dan lekat di hati dengan segala kelebihan dan kekurangannya perlahan menghilang. Beralih rupa menjadi figur samar yang tak diketahui wajah sesungguhnya. Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan dan satu demi satu telah terjawab dan jawaban itu menimbulkan pertanyaan lain yang seolah tiada habisnya. Perasaan yang tersakiti, kebimbangan dalam menentukan langkah selanjutnya, ketidakmampuan menentukan kebenaran, tak habis pikir akan sebuah tindakan, rasa bersalah pada yang tidak melakukan apapun namun ikut terseret dalam pusaran cerita, semua campur aduk membentuk jalur-jalur rumit melebur dengan tugas-tugas rutin yang menuntut segera diselesaikan. Di tengah kegalauan dan kekacauan kembali ke selera asal pun menjadi pilihan sementara untuk sekedar menenangkan diri di sela-sela usapan jemari di pelupuk mata.

Tidak ada komentar: