Senin, 02 Februari 2009

Tambah Susah


Nukilan judul di atas bukan bermaksud untuk mempropagandakan partai tertentu lho. Bagi yang tidak paham, frase tambah susah tersebut menjadi ikon dari iklan televisi partai tertentu. Bagaimana tidak beberapa terakhir ini harga-harga merangkak naik. Upaya pemerintah menurunkan harga BBM tidak membawa hasil signifikan. Entah ada maksud tertentu di balik penurunan harga BBM atau tidak, pemerintah dan rakyat tentunya mengharapkan turunnya BBM diikuti dengan penurunan harga kebutuhan lainnya. Namun pada kenyataannya, harga kebutuhan pokok melonjak, dan ironisnya tarif angkutan umum justru naik sekian persen. Ini tidak mengada-ngada lho, walaupun di Jakarta sudah diberlakukan tarif baru dan ancaman sanksi bila tidak dilaksanakan, tarif angkutan umum di tempat aku tinggal belum juga turun bahkan ada yang justru bertambah mahal. Tarif Gombong-Purwokerto yang biasanya delapan ribu rupiah, menjadi sembilan hingga sepuluh ribu rupiah. Meski mengutuk dalam hati, aku menerima saja keputusan kondektur ini. Maklumlah, aku tak suka ribut-ribut soal tarif. Wah wah wah bagaimana ini ?
Turunnya harga solar dan bensin yang diharapkan dapat menurunkan biaya distribusi sehingga berimbas pada penurunan harga barang tidak terealisasi. Harga kebutuhan pokok atau yang populer dengan sebutan sembako terus meroket. Untukku yang terus memantau harga-harga sesuai dengan kepentinganku di bidang itu, naiknya harga-harga ini membuatku susah. Dan kukira tidak hanya aku saja, di luar sana banyak mereka yang semakin menjerit dengan keadaan sekarang. Jangankan berfoya-foya, untuk memenuhi kebutuhan perut saja harus putar otak dan mengencangkan ikat pinggang. Kemana kami harus mengadu ? Menjelang pemilu, pihak-pihak yang diharapkan dapat merubah keadaan sedang sibuk bersosialisasi, menjaring simpatisan sebanyak-banyaknya. Dana dikucurkan agar lebih terkenal di mata rakyat. Tak jarang kondisi rakyat yang tercekik dijadikan senjata untuk memikat calon pemilih. Membaca tulisan ini, mungkin aku terlihat skeptis dan pesimis. Ya, dari berbagai calon pemimpin yang semakin sering berseliweran di layar kaca, belum satu pun yang meyakinkan dengan visi dan misinya. Di mataku, semua tampak sekedar berjanji manis yang entah bisa direalisasikan atau tidak. Apalagi mengingat hasil kemarin-kemarin. Janji untuk perbaikan, belum terwujud merata. Langkah-langkah nyata bagi rakyat kecil justru menjadi pembelajaran keliru bagi rakyat yang sudah terlanjur hidup makmur dengan berusaha sekedarnya. Adakah tokoh baru yang bisa menyuntikan semangat ? Figur yang bisa dijadikan tumpuan harapan, bekerja bersama rakyat untuk kepentingan rakyat ? Jika Obama sukses merebut perhatian rakyat Amerika dengan janji kebijakannya yang inovatif dan melawan arus, akankah sosok seperti beliau muncul di Indonesia ?

Tidak ada komentar: