Kamis, 09 April 2009

Contreng

Akhirnya tibalah hari yang ditunggu khususnya para caleg yang sebulan ini telah bekerja keras untuk meraih simpati pemilih. Sejak semula, aku tidak berniat untuk tidak menggunakan hak pilihku, meskipun aku tidak yakin benar akan pilihanku alias asal nyontreng ^^. Menyimak informasi di televisi, bahwa pencontrengan dimulai dari pukul tujuh hingga dua belas, pagi ini aku berangkat sekitar pukul 8 dengan harapan tidak terlalu lama menunggu giliran. Namun, siapa sangka begitu tiba di TPS, panitia belum memulai proses pencontrengan ! Bahkan dari gerak-gerik dan pembicaraan di antara mereka mengindikasikan ketidaksiapan dan masih ada yang belum paham benar tata cara memilih. Melihat banyaknya calon pemilih yang sudah mengantri, mau tak mau aku berpikir mungkinkah proses ini akan belajar lancar dan selesai tepat pada waktunya ? Sepertinya Pemilu kali ini berjalan dengan segudang masalah. Berdasarkan pengamatan dari TPS setempat, Pemilu tidak bisa dikatakan sukses besar. Dari sekian orang DPT, yang menggunakan hak pilihnya hanya berkisar antara 60-70 %. Hasil pemilihan pun tidak begitu memuaskan, terhitung banyak surat suara yang dinyatakan tidak sah. Yah, hasil demikian memang wajar mengingat rumitnya tata cara mencontreng yang benar. Ketika menanti giliran, aku harus susah payah menahan tawa melihat kekikukan para pemilih terlebih mereka yang tergolong usia lanjut. Mungkin terdengar tidak sopan jika aku menertawakan ketidaktahuan orang, tapi mau tak mau aku harus tertawa meskipun itu tawa yang lahir dari kegeraman akan semrawutnya Pemilu. Surat suara yang besarnya melebihi ukuran lembaran koran menyebabkan kegaduhan tersendiri. Bilik suara kecil yang terbuat dari bahan logam menimbulkan bunyi berisik ketika bertubrukan dengan siku kedua tangan yang antusias membuka surat suara. Suara gaduh juga terdengar ketika pemilih berusaha memasukkan surat suara ke tempatnya. Berhubung lubang kotak sempit, mau tak mau tangan harus menekan kuat-kuat, walhasil bunyi ala drum dipukul pun terdengar. Aku demikian juga pemilih lain yang sedang menunggu giliran tergelak ketika melihat seorang nenek yang kewalahan melipat surat suara hingga panitia pun harus turun tangan memandu hingga proses pencelupan tinta. Lagi-lagi panitia dibuat kebingungan akibat ketidaktahuan pemilih yang keliru memasukkan surat suara ke kotak yang benar. Waduh, semestinya ada petugas tersendiri yang mengawasi pemasukan surat ke kotaknya. Antrian yang semakin panjang membuat panitia kewalahan, maklumlah prosesi pendaftaran tidak dilakukan secara sistematis. Aku pun harus protes gara-gara diserobot pemilih yang baru datang. Setelah lebih dari satu jam, akhirnya aku tuntas menggunakan hak pilihku. Lega karena sudah berakhir, aku pun pulang ke rumah, mengobrol dengan sesama pemilih dan tak lupa menyimak informasi terkini di televisi. Hasil Pemilu rupanya tidak meleset jauh dari perkiraanku. Banyak pemilih golput yang lebih mementingkan mudik daripada menunggu sehari untuk memilih, maupun golput karena tidak percaya lagi pada penguasa. Surat suara tidak sah maupun yang dinyatakan rusak hingga kemenangan sementara Partai Demokrat yang terdongkrak popularitasnya dengan program BLT terakhir. Yah, apapun hasilnya rakyat hanya bisa menunggu cara kerja pemerintahan yang baru. Mampukah mereka memperbaiki kondisi negeri yang morat-marit ? Akan ingatkan mereka dengan janji-janji selama masa kampanye ? Berpihakkah para wakil rakyat terhadap mereka yang diwakilinya ? Pertanyaan tersebut kiranya masih jauh untuk mendapatkan jawaban, mengingat Pemilu baru berlangsung pada putaran pertama.

Tidak ada komentar: