Ada yang menarik dari pilpres yang untuk kedua kalinya digelar di tanah air. Meniru format pilpres di Amerika, kali ini KPU mengadakan sebuah program yang sangat dinanti karena belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang perjalanan politik di Indonesia yaitu debat capres dan cawapres. Debat yang direncanakan berlangsung tiga putaran itu sudah sampai di putaran ke-2 untuk capres. Jika melihat dari kata debat yang digunakan sebagai judul acara, tentu pemirsa menantikan sebuah ajang adu argumen antar capres dan cawapres. Namanya saja debat, peserta diharapkan mampu membawa situasi menjadi lebih hangat kalau tidak bisa dikatakan panas. Namun yang terjadi justu sebaliknya, pada debat episode pertama debat justru tidak diwarnai dengan sebuah perdebatan yang alih-alih seru melainkan monoton dan membosankan. Format debat yang terlalu formal dan dibatasi dengan ketat menjadikan acara debat tak lebih dari sebuah ajang pemaparan visi misi masing-masing capres. Meskipun moderator berusaha mengajukan topik-topik aktual, tidak terjadi saling sanggah atas solusi yang diajukan masing-masing capres. Saling memuji dan mendukung pernyataan justru mengisi acara yang berlangsung sekitar dua jam tersebut. Tak urung kritikan terhadap debat yang digelar ini bermunculan. Silang pendapat mengenai jalannya debat yang sebagian besar menganggap debat kurang tepat sasaran yaitu untuk menguji kualitas maupun kapabilitas capres pun bermunculan di berbagai media maupun di khalayak umum.
Lain lagi dengan debat cawapres yang diadakan beberapa hari setelahnya. Meskipun format debat masih terasa kaku dan harus sesuai pakem, paling tidak mulai ada adu argumen antar cawapres. Dalam debat putaran pertama ini, mau tak mau pemirsa akan tertarik dengan sosok Wiranto yang dengan tutur katanya begitu tegas dan mantap dalam memaparkan visi misi dan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh moderator. Anti klimaks justru datang dari cawapres Prabowo yang diharapkan sevokal penampilannya dalam kampanye maraton di berbagai daerah. Cawapres dengan nomor urut 2 Boediono tampil biasa-biasa saja dan nampak kurang meyakinkan.
Berusaha untuk memperbaiki format debat agar lebih menarik, KPU membuat perubahan-perubahan dalam debat putaran kedua. Panggung yang diatur melingkar hingga lebih terkesan interaktif, dan waktu yang dipersingkat untuk pemaparan visi misi pun dilakukan. Hasilnya debat ke dua capres memang berlangsung lebih menarik. Saling sindir seperti yang terjadi di luar forum mulai muncul terutama dari kubu JK dan SBY. Walhasil debat kali ini pun seakan menjadi panggung dari mantan pasangan capres dan cawapres pemilu lalu itu. Poin plus dari kesuksesan debat kali ini terutama terletak pada sang moderator. Dengan gaya santai dan penguasaan akan topik menjadikan moderator mampu membawa ketiga capres lebih mencair dan sigap dalam menyampaikan ide-idenya. Nah, ini baru namanya debat.
KPU mungkin mencanangkan debat santun tanpa adu argumen panas yang saling menjatuhkan. Namun dengan batasan-batasan yang diterapkan KPU tersebut justru menjadikan debat monoton standar yang mengecewakan. Bukan berarti khalayak menginginkan adanya adu argumen yang saling menjatuhkan. Namun layaknya sebuah debat, khalayak ingin mengetahui lebih dalam bagaimana kepribadian dan kemampuan seorang yang bakal dipilihnya untuk memimpin negara selama lima tahun mendatang. Kemampuan seseorang dalam berpikir cepat memikirkan sebuah solusi atas sebuah permasalahan, bagaimana cara seseorang untuk mempertahankan argumennya dan menanggapi pernyataan orang lain itulah yang diharapkan akan muncul dalam sebuah debat. Jika format debat tidak berubah juga, maka debat lebih tepat jika dikatakan sebagai paparan visi misi layaknya kampanye di depan forum resmi. Bagaimanapun, debat capres cawapres ini merupakan langkah maju bagi ranah politik di Indonesia.
Lain lagi dengan debat cawapres yang diadakan beberapa hari setelahnya. Meskipun format debat masih terasa kaku dan harus sesuai pakem, paling tidak mulai ada adu argumen antar cawapres. Dalam debat putaran pertama ini, mau tak mau pemirsa akan tertarik dengan sosok Wiranto yang dengan tutur katanya begitu tegas dan mantap dalam memaparkan visi misi dan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh moderator. Anti klimaks justru datang dari cawapres Prabowo yang diharapkan sevokal penampilannya dalam kampanye maraton di berbagai daerah. Cawapres dengan nomor urut 2 Boediono tampil biasa-biasa saja dan nampak kurang meyakinkan.
Berusaha untuk memperbaiki format debat agar lebih menarik, KPU membuat perubahan-perubahan dalam debat putaran kedua. Panggung yang diatur melingkar hingga lebih terkesan interaktif, dan waktu yang dipersingkat untuk pemaparan visi misi pun dilakukan. Hasilnya debat ke dua capres memang berlangsung lebih menarik. Saling sindir seperti yang terjadi di luar forum mulai muncul terutama dari kubu JK dan SBY. Walhasil debat kali ini pun seakan menjadi panggung dari mantan pasangan capres dan cawapres pemilu lalu itu. Poin plus dari kesuksesan debat kali ini terutama terletak pada sang moderator. Dengan gaya santai dan penguasaan akan topik menjadikan moderator mampu membawa ketiga capres lebih mencair dan sigap dalam menyampaikan ide-idenya. Nah, ini baru namanya debat.
KPU mungkin mencanangkan debat santun tanpa adu argumen panas yang saling menjatuhkan. Namun dengan batasan-batasan yang diterapkan KPU tersebut justru menjadikan debat monoton standar yang mengecewakan. Bukan berarti khalayak menginginkan adanya adu argumen yang saling menjatuhkan. Namun layaknya sebuah debat, khalayak ingin mengetahui lebih dalam bagaimana kepribadian dan kemampuan seorang yang bakal dipilihnya untuk memimpin negara selama lima tahun mendatang. Kemampuan seseorang dalam berpikir cepat memikirkan sebuah solusi atas sebuah permasalahan, bagaimana cara seseorang untuk mempertahankan argumennya dan menanggapi pernyataan orang lain itulah yang diharapkan akan muncul dalam sebuah debat. Jika format debat tidak berubah juga, maka debat lebih tepat jika dikatakan sebagai paparan visi misi layaknya kampanye di depan forum resmi. Bagaimanapun, debat capres cawapres ini merupakan langkah maju bagi ranah politik di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar