Sabtu, 19 Juli 2008

Entertainment Untuk Anak


Sejak dimulainya ajang pencari bakat menyanyi Indonesian Idol, pihak RCTI memanfaatkan booming reality show ini dengan membuat show serupa dengan sasaran anak-anak usia 8 hingga 12 tahun. Show yang membidik peserta anak-anak ini bertajuk Idola Cilik. Idola Cilik seperti kontes-kontes serupa lainnya menampilkan sekelompok anak yang unjuk kebolehan dalam olah vokal. Penampilan peserta dinilai oleh komentator terpilih dan saling bersaing perolehan sms dari pemirsa. Idola Cilik 2008 sudah mencapai babak Grand Final yang menyisakan dua finalis yaitu Kiki dan Angel. Kiki dan Angel dinilai paling pantas untuk menjadi pemenang. Kiki mempunyai warna suara yang halus dan mampu membuat hati terenyuh. Angel, berbekal teknik yang bagus dan suara dengan power luar biasa mampu memikat penggemar. Idola Cilik menjadi angin segar di dunia hiburan saat ini ketika musik seolah hanya milik remaja dan dewasa. Sayangnya lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para calon idola ini kurang pas untuk dibawakan oleh anak seusia mereka. Memang ada beberapa lagu yang bisa disesuaikan konteksnya seperti lagu Ku Cinta Kau Apa Adanya milik Once yang dipresentasikan sebagai cinta kepada ayah oleh Kiki. Tetapi sebagian besar lagu anak band yang dinyanyikan agak terlalu dipaksakan. Kemeriahan grand final sabtu 12 Juli lalu agak sedikit pudar jika mencermati lagu yang dibawakan dua finalis terakhir. Penampilan Kiki dengan lagu milik Padi dan You Raise Me Up bareng Delon cukup baik, konteks lagunya pun masih bisa diterima untuk dinyanyikan oleh anak seusia Kiki. Namun tidak demikian halnya dengan Angel. Lagu Sang Dewi yang dinyanyikan olehnya dengan penuh penghayatan kurang cocok untuk anak seusianya. Alasan di balik pemilihan lagu SAng Dewi ini memang masuk akal yaitu memiliki tingkat kesulitan tinggi, tapi bukankah masih banyak lagu lain yang memiliki kesuliatan serupa ? Lagu Kembang Perawan milik Gita Gutawa misalnya, atau lagu-lagu Billy Gilman yang cukup sulit dan benar-benar diperuntukkan untuk anak-anak dan remaja. Pemilihan lagu-lagu anak band maupun penyanyi senior lain oleh para idola cilik ini didukung dengan kurangnya lagu-lagu anak saat ini. Hampir tidak ada penyanyi cilik yang mengeluarkan single yang bisa menjadi hits seperti Joshua, Enno Lerian, Puput Melati, atau penyanyi cilik lain yang dulu populer. Setelah era Sherina, dunia musik Indonesia hanya mempunyai Gita Gutawa yang bisa dikategorikan penyanyi cilik kalau bukan remaja. Kurangnya musik anak-anak ditengarai dengan banyaknya murid-murid sekolah dasar bahkan taman kanak-kanak yang sangat fasih menyanyikan Racun Dunianya Changcuters daripada lagu Naik-naik ke Puncak Gunung. Dunia hiburan kita memang lebih terfokus untuk orang dewasa. Musik, berita, sinetron dan film jarang sekali menampilkan materi untuk anak. Untunglah, masih ada beberapa publik figur yang peduli dengan kebutuhan hiburan untuk anak-anak. Rumah produksi Alenia misalnya, setelah sukses dengan Denias dan Liburan Sekolah kini mulai meningkatkan produksi film yang ditujukan untuk pangsa pasar anak-anak dan pendidikan. Demikian juga dengan stasiun televisi, Trans 7 membuat terobosan baru dengan memproduksi Jalan Sesama yang diadaptasi dari Sesame Street. Berawal dari kisah Si Bolang, Trans 7 mulai melaju dengan Laptop Si Unyil dan yang paling terbaru adalah entertainment education Jalan Sesama. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, tidak bisa dinomorduakan begitu saja. Seperti orang dewasa, anak-anak pun butuh hiburan yang berkualitas. Musik, film, buku juga menjadi bagian dari dunia anak-anak.

Tidak ada komentar: