Sabtu, 10 Januari 2009

Dari Awal Lagi (Learn from Furuba, story of life)

"Sensei, tumben diem aja, nggak OL nggak posting" meskipun sms tersebut berasal dari nomor tak dikenal, dari kata sensei aku langsung tahu siapa pengirimnya. Dipikir-pikir sudah lebih dari seminggu aku berkubang dalam kekecewaan, mengurung diri dalam duniaku sendiri. Peralihan tahun ini betul-betul membawa duka, membuatku terpuruk cukup lama. Desember sangatlah kelabu dengan datangnya kabar buruk yang bertubi-tubi. Belum usai galau karena gagal dalam sebuah rencana ke depan, aku semakin kesepian dengan keputusan seorang sahabat untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Bukannya aku tidak turut bahagia, justru merasa prihatin setelah mendengar 'curhat-nya'. Menjadi seorang wanita memang dilematik. Kadang perasaan tidak adil mencuat ketika memikirkan hidup sebagai seorang wanita. Sefeminis apapun, jika usia bertambah mau tak mau seorang wanita harus berpikir ke arah sana. Apa mau dikata, jam biologis terus berdetak, membatasi masa seorang wanita untuk berkarya ataupun membahagiakan diri dengan sebuah kebebasan. "Nyaris saja aku mengembalikan cincin kepadanya", pengakuan sahabatku itu membuatku tertegun. Aku bisa merasakan betapa sahabatku itu sedang terombang-ambing dalam suatu ketidakpastian.
"Kami mendoakan agar kau meraih kesempurnaan, dan bahagia dalam kasih-Nya", sebaris kalimat yang kutulis dalam kartu ucapan dengan sepenuh hati menjadi harapan aku dan sahabatku lainnya yang juga mengerti akan kisah di balik pernikahan ini. Di hari bahagianya, aku turut senang melihatnya berseri-seri layaknya seorang ratu sehari. Sayang, komentar seseorang membuatku kembali khawatir. Betul kata Kisa "Ada sesuatu jauh di lubuk hati yang paling dalam yang nggak bisa disentuh siapapun. Makanya jangan bilang sesuaatu itu bukan masalah besar." Sekali lagi, aku berdoa agar sahabatku membuat keputusan yang tepat. Segera membuang impian semu yang telah menggoyahkan akal sehatnya.
"Jangan kelamaan betenya", kata Kyon-Chan. Iya juga, baru kali ini mengalami kekecewaan yang bergitu parah, menjadikanku mengurung diri. Bagaimana tidak, sebuah pertanyaan dan hiburan hingga kini masih membuatku pedih hingga mata menjadi sembap. Seperti yang Kyon-Chan bilang, aku seperti Akito, sosok menyedihkan yang kesepian. Walaupun aku mempunyai banyak teman, tak seorangpun dari mereka tahu siapa sebenarnya diriku, apa yang ada dalam benakku. Walaupun aku tak sepintar dan sebijak Albus Dumbledore, jauh sebelum tokoh itu diciptakan aku sudah menerapkan sebuah jalan pikirannya. Tidak pernah menaruh rahasia dalam keranjang yang sama, itulah aku. Dari sekian banyak tempat curhat, tidak satupun dari mereka yang mengetahui keseluruhan diriku. Aku pun mahfum jika masing-masing memiliki penilaian yang berbeda tentang diriku. "Iyalah, seperti koin, ada satu sisi yang kita nggak tahu", komentar Kyon-Chan. Mungkin apa yang kulakukan karena aku ingin agar kelemahan diri ini tidak ketahuan. Kelemahan yang menjadikan rasa tidak suka terhadap diri ini. Jika mengikuti nasehat mulailah menyukai diri sendiri, aku pun akan seperti Yuki yang bingung bagimana caranya mencari hal-hal baik dalam diri, padahal di depan mata cuma hal-hal yang tidak disukai, karena tidak mengerti diri sendirilah, makanya menjadi tidak suka.
"Resolusi 2009 apa mba ?", tanya Kyon-Chan. Di tahun baru ini, tak salah jika aku harus mulai dari awal lagi. Aku harus memperbaiki diri sebelum memutuskan langkah selanjutnya. Walau hanya sebuah rekaan, aku ingin seperti Toru yang tidak merengek-rengek meminta sesuatu yang tidak dimilikinya, menjaga baik-baik semua yang telah diberikan padanya. Seperti Yuki yang bertekad memperbaiki hal buruk pada dirinya karena jika tidak selamanya akan tetap menjadi orang bodoh yang selalu mencari dan melimpahkan kesalahan pada orang lain. Aku berharap semakin bisa berpikir positif, berpikir bahwa ada sesuatu yang kumiliki namun aku tidak menyadarinya sehingga sedikit demi sedikit aku lebih bersemangat untuk menjadi diri sendiri., iya kan Kyo !alaupun saat ini, aku benar-benar sedang berada dalam kegelapan dengan bertumpuk-tumpuk kekhawatiran aku mencoba mengikuti langkah Shigure. "Memikirkan apa yang terjadi nanti memang penting tapi kalau hanya melihat ke depan terus bisa-bisa tersandung tumpukan di depan mata. Saat kita merasa bimbang dan merasa tak bisa lagi menanggung itu semua ada baiknya bila saat-saat itu kita berhenti sejenak untuk melepas lelah". Yah, benar juga, aku harus berhenti sejenak merasa tak berarti. Dimulai dengan bernyanyi-nyanyi kecil, belum lama ini aku meneriakkan keputusasaanku melalui lagu. Menghabiskan energi untuk menyalurkan hobi bernyanyiku, hingga tak tersisa tenaga untuk bersedih. Lumayan menghilangkan stress sih, meski belum semuanya ^^.
Memikirkan sahabatku, membawa kembali kenangan-kenangan lama. Baru-baru ini aku mengetahui jawaban dari mimpi-mimpi tentang 'dia'. Aku sempat bersyukur aku seperti Dumbledore, jika tidak wah bisa berantakan image yang kubangun selama ini. Walau remuk di dalam, aku tetap tersenyum seperti biasanya, berpura-pura kaget dengan kabar tak enak tersebut (walau aku sudah menduganya tetap saja pedih). Semoga Hatori berkata benar, "kalau ada seseorang yang sudah menorehkan luka pasti ada seseorang yang mampu menyembuhkan dan menutup luka itu. Setidaknya fakta itu saja bisa memberikan sedikit keberanian bagi orang itu." Bagaimanapun aku setuju dengan Momiji yang ingin terus menyimpan semua kenangan, walaupun mungkin tak lebih dari kenangan yang menyesakkan hati. Kenangan akan terus disimpan agar kenangan tidak lagi membuat kecil hati dan suatu saat nanti dapat mengubah kenangan menjadi kebaikan yang menopang jalan selanjutnya.
Pada akhirnya di tahun yang baru ini, aku tak ingin terus seperti Akito yang meraung-raung dalam kesepiannya, terus merasa benci yang mirip rasa malu pada diri sendiri. Karena setelah mengucapkan salam perpisahan berikutnya pasti akan mengucapkan salam perkenalan. Aku ingin percaya bahwa ketika telah menempuh jalan masing-masing tak perlu lagi merasa sepi dan sendirian, karena di jalan itu pasti ada sesuatu yang akan menjadi penghubung semuanya. Semangat !!!

3 komentar:

siwi mars mengatakan...

ah..i'm glad when i read your posting!!!finally..muncul lagi di dunia:)
Gitu dunk..Semangat!!!!
i know it's hard when we found ourselves down..tapi aku inget kata Josh "Let me fall" tapi trus juga harus bisa bangkit lagi! I know U can do it, signorina!!
ohhh...nyanyi2 itu itu pas aku sms dirimu lagi karokean yah walah..
oke deh:)

Anonim mengatakan...

As humans, we continually put limits on ourselves for no reason at all! What's worse is putting limits on God who can do all things. (Nick Vujicic, a man born without limbs)

Don't give up my friend!!!

Miliki jiwa pejuang, jangan mudah menyerah. Ketika gagal, jangan berlarut dalam kegagalan itu, bersedih boleh tapi jangan kehilangan kendali emosi. Lakukan evaluasi kegagalan, pikirkan, rencanakan, dan coba lagi.

Let me picture what's in my mind;
hidup kita anggap 70thn saja anggap masa produktif sampai dgn umur 60, umur di thn 2009 baru 28, sisa umur produktif kita 32, wow masih 32 tahun. 32 tahun, masih panjang masih banyak waktu utk meraih apa yg kita inginkan.

Gantungkan cita-cita setinggi bintang di angkasa, kalaupun gagal mencapai bintang itu, setidaknya kita sudah berada di bulan.

The fighter spirit within me will never die before my life end.

Cheers,
Your friend in Singapore :)

tezuka_in mengatakan...

mina-san, domo arigato
ganbatte