Selasa, 21 Juli 2009

Indonesia Berduka Lagi

"Teroris harus dihukum mati dua kali. Pertama sudah membunuh orang tak berdosa. Kedua MU jadi batal ke Jakarta !!!!!!"
Sebaris pesan singkat dari seorang sahabat membuatku semakin miris. Ketenangan selama beberapa waktu sejak teror bom terakhir terusik dengan meledaknya bom bunuh diri di dua tempat dalam waktu yang hampir bersamaan. Di tengah kegelisahan menantikan laga antara MU dengan timnas Indonesia All Star, di antara hiruk pikuk hasil Pilpres yang penuh masalah tak dinyana guncangan teror bom kembali terjadi. Kaget dan tak percaya kurasakan ketika seorang teman memberi kabar berita duka tersebut. Benar saja, hingga hari ini headline di berbagai media menampilkan kronologis, imbas dan perkiraan motif di balik pengebomam tersebut. Kutukan yang pernah terlontar ketika teror serupa terjadi di Bali kembali mencuat dari kubuk hatiku. Empati akan banyaknya korban yang berjatuhan membuat kemarahanku akan si pelaku semakin berkobar.
Ya aku tak pernah mengerti mengapa seseorang demikian tega untuk melakukan perbuatan terkutuk itu. Menorehkan luka di hati orang-orang tak berdosa, memperkeruh dan merusak ketenangan di tengah kondisi damai. Menyimak sekelumit keterangan mengenai pelaku yang diduga terlibat dalam jaringan JI, mengingatkanku akan tiga gembong teroris yang telah dieksekusi. Muak selalu kurasakan jika teringat kalimat-kalimat nyinyir yang keluar dari mulut tiga terdakwa mati tersebut. Ya, menurutku tidak pada tempatnya mereka mengatasnamakan Tuhan ketika membantai orang-orang yang tak bersalah. Sungguh, aku tak mengerti jalan pikiran pelaku ketika mereka membenarkan diri dalam keyakinan untuk mati syahid. Aku semakin tak mengerti ketika mengetahui pelaku bom bunuh diri justru berasal dari kalangan yang dikenal beriman oleh masyarakat sekitar. Mungkin aku belum bisa berada di posisi menilai dari sudut religi, namun jika menyimak pernyataan-pernyataan pemuka-pemuka agama aku merasa lega karena pada dasarnya pendapat mereka sama, mengutuk dan tidak ada pembenaran atas keyakinan pelaku yang mengharapkan surga. Bukankah membunuh diri sendiri adalah dosa yang tak termaafkan ? Ditambah menghilangkan nyawa orang lain yang tak berkaitan, meninggalkan penderitaan bagi keluarga yang bergantung pada mereka, apanya dari semua itu yang dinilai benar di mata Tuhan ?
Ah, mengapa harus terjadi di tanah air tercinta ini ? Di tengah kemerosotan dan upaya untuk mengembalikan citra bangsa di mata dunia justru terjadi hal yang kembali mencoreng nama Indonesia. Jangan heran jika peringatan untuk tidak berkunjung ke Indonesia digalakkan kembali. Amatlah wajar jika tim sebesar Manchester United mengurungkan niat untuk bertandang ke Senayan, apalagi mengingat hotel yang sedianya menjadi tempat mereka menginap menjadi sasaran bom. Inikah yang diinginkan para pelaku ? Menghancurkan kepercayaan dunia terhadap stabilitas Indonesia ? Tidakkah mereka berpikir jauh ke depan imbas perbuatan mereka yang lebih merugikan rakyat biasa ? Lihatlah kekecewaan penggemar MU yang jauh-jauh hari memimpikan melihat tim kesayangannya secara langsung. Lihatlah tampang kalah pedagang souvernir yang tak jadi menangguk untung di tengah sulitnya mengais rupiah. Dan yang paling menyakitkan, lihatlah tangis dan pandangan khawatir akan masa depan para korban baik yang selamat atau yang ditinggalkan anggota keluarga. Semoga tidak pernah ada lagi kejadian tragis ini. Semoga tidak ada lagi korban yang tertipu kalimat indah kelompok makar yang bertujuan merusak kedamaian. Ingatlah akan keluarga, ingatlah akan sesama dan ingatlah akan keyakinan yang tak mungkin menyesatkan jika dijalankan dengan benar.

1 komentar:

Gufy mengatakan...

TERKUTUKLAH PARA TERORIS, mmng bnr gr2 perbuatan mereka main bom ke Ritz Chrtn&JW Mariot,MU jd btl dtng keIndonesia,imbasny aq jd tdk bs mntn klub kesayanganq berlaga melawan Timnas qt.Dmpk buruknya,entah kpn lg MU atau Klub besar lain mau bertanding diIndonesia,karena tdk percaya dngn tngkt keamanan negara qt.Kita tau bhw tau thn dpn PD berlangsung,jd tidak akan ada Klub yang melaksanakan Tur Pramusim.