Jumat, 27 Juni 2008

Mahasiswa Masa Kini


"Tak ada perjuangan tanpa pengorbanan. Maju terus mahasiswa.", demikian isi sebuah pesan singkat yang ditujukan kepada tayangan demo anarkis yang terjadi rabu, 25 Juni 2008 lalu. Sekilas kalimat tersebut bermakna mendalam, memberi semangat atas aksi mahasiswa yang sejak zaman penjajahan dulu selalu berada di barisan depan dalam membela hak rakyat yang tertindas. Harus diakui, bahwa kalangan terpelajar menjadi motor dalam setiap revolusi yang terjadi di negara ini. Ketika Presiden Sukarno tidak mampu mengatasi lonjakan inflasi hingga rakyat tercekik, saat pemerintahan presiden kedua Soeharto mengalami goncangan yang lagi-lagi terpusat pada ekonomi dan sekarang saat presiden SBY harus bekerja keras di tengah krisis minyak dunia, mahasiswa di manapun berada dengan segera bersatu menyuarakan penderitaan rakyat, menuntut keadilan demi rakyat kecil yang paling merasakan betapa berat beban yang harus ditanggung akibat naiknya harga BBM. Rakyat pun berterima kasih atas kiprah mereka yang rela meninggalkan bangku kuliah untuk turun ke jalan, berorasi menentang semua bentuk kebobrokan yang ada demi dimulainya era baru yang lebih baik.
Tapi, masihkah rakyat bersuka cita atas tindakan mahasiswa kini ? Jawabannya jelas TIDAK. Apa yang menyebabkan rakyat berbalik mencemooh mahasiswa ? Kalau kita lihat, aksi-aksi mahasiswa kini walau bertujuan sama dengan aksi senior-seniornya, jalan yang ditempuh mereka sangatlah berbeda dengan dulu. Beberapa waktu terakhir ini, hampir setiap aksi demo mahasiswa berakhir ricuh. Bentrok dengan aparat hingga timbul korban luka-luka bahkan tewas sudah menjadi kejadian rutin. Demo anarkis paling 'gress' terjadi hari rabu lalu. Semua tayangan berita di televisi menyiarkan secara langsung peristiwa memalukan itu. Mahasiswa berasal dari kata maha yang artinya tertinggi dan siswa sehingga mahasiswa bermakna siswa yang tertinggi. sebagai siswa tertinggi tentu semua beranggapan bahwa mahasiswa adalah orang yang pintar, berpengetahuan luas, mampu berpikir secara bijak dalam menangani masalah. Tapi, tingkah laku mereka yang mengaku mahasiswa pada demo BBM yang bertempat di Polda Metro Jaya sungguh tidak mencerminkan seorang civitas akademika yang disegani. Pantaskah, mahasiswa merusak mobil-mobil inventaris negara, membakar ban-ban bekas (anehnya demo BBM kok malah membuang percuma BBM), belum lagi aksi brutal mereka yang lain. Apakah mereka tidak berpikir semua yang mereka rusak itu adalah milik rakyat yang mereka bela ? Apakah mereka tidak berpikir jauh ke depan, untuk memperbaiki kerusakan yang mereka timbulkan akan menghamburkan uang rakyat lagi ? Apakah mereka tidak mempertimbangkan opini masyarakat yang akan timbul dengan aksi anarkis mereka ? Tak heran jika kemudian muncul banyak pesan singkat lain yang mengungkapkan kegeraman masyarakat atas ulah sekelompok orang yang mengaku mahasiswa itu. Bahkan ada sebuah pesan dari seorang mahasiswa yang merasa malu dengan polah rekan mereka di Jakarta.
Kepala Badan Intelijen Negara menyatakan bahwa ada oknum di balik layar yang mengatur agar demo berakhir rusuh. Jika benar aksi mahasiswa ditunggangi oleh oknum tertentu, bagaimana mungkin mahasiswa yang selama ini dicap berwawasan luas tidak mengetahuinya. Lebih mengerikan lagi jika mereka sudah tahu dan mau saja dijadikan boneka (siapa yang tahu?) Apapun alasannya sangat tidak bisa dibenarkan semua aksi anarkis baik yang dilakukan oleh mahasiswa, ormas, buruh atau siapapun. Tindakan anarkis selalu berakibat buruk, jangankan masalah terselesaikan malah semakin berlarut-larut.
Tolonglah wahai para mahasiswa, kalian adalah generasi penerus, calon-calon pemimpin di masa depan. JIka sekarang pun sudah tak berhati nurani bagaimana jika kalian sudah merasakan enaknya menjadi kalangan elite ? Bukan tidak mungkin rakyat yang selama ini menjadi alasan kalian untuk beraksi di jalan menjadi semakin menderita. Sekarang pun rakyat sudah mulai tak berpihak pada kalian. Janganlah menjadikan rakyat sebagai musuh kalian. Kembali ke bangku sekolah, belajar yang baik dan gunakanlah ilmu yang kalian miliki untuk kelangsungan negara ini. Daripada berdemo tidak karuan, tubuh lelah dan lecet, merusak fasilitas lebih baik gunakan tenaga kalian untuk mengeksplor kekayaan negeri ini, mencari solusi yang tepat untuk mencari alternatif pengganti BBM. Krisis BBM tidak hanya melanda negeri ini, maka jadikanlah cambuk untuk berkarya sehingga rakyat pun bangga memiliki kalian mahasiswa Indonesia

Tidak ada komentar: