Sabtu, 14 Juni 2008

Stop Bajakan



Stop Bajakan ! Saat ini dua kata tersebut sedang gencar-gencarnya di gembar-gemborkan di segala bidang khususnya di kalangan pekerja seni di negeri kita. Para artis dan produser mereka sedang meradang dengan maraknya pembajakan di bidang yang mereka geluti. Coba tengoklah kios-kios cd, vcd yang bertebaran di tempat-tempat tertentu, hampir seratus persen yang mereka jual adalah cd bajakan ! Demikian pula tempat-tempat penyewaan film khususnya dalam skala kecil, dvd maupun vcd yang mereka tawarkan bisa dipastikan ilegal. Melihat kondisi demikian, aku tak merasa heran. Di tengah kebutuhan akan hiburan, sementara situasi ekonomi sedang sulit, maka pilihan yang dirasa paling tepat tentu saja membeli barang-barang palsu dengan kualitas lumayan. Rasanya persoalan bajak membajak ini sulit untuk dihilangkan. Perbuatan merugikan ini hampir dilakukan di seluruh kalangan masyarakat, mulai dari kalangan bawah sampai kalangan elit. Tak percaya ? Coba lihatlah produk sinetron yang kini membanjiri layar televisi kita. Untuk membuat suatu tayangan serial dengan artis-artis top untuk menjaring rating tentu memerlukan biaya yang tak sedikit. Yang membuatku kesal, ulah kalangan berduit ini yang dengan seenaknya membajak hasil karya orang lain, mengolahnya sedemikian rupa dan diakui sebagai produk original karya anak bangsa. Banyak sekali judul-judul sinetron kita yang setelah kucermati isinya, ternyata saduran dari serial luar negeri seperti Jepang, Korea, Taiwan maupun Hongkong. Aku bukannya anti dengan karya adaptasi, hanya semua itu harus dilakukan dengan sebagaimana mestinya. Kucoba mencari keterangan yang mencantumkan karya aslinya, namun selalu tidak disebutkan entah lupa atau memang tidak mau mengakui kalau itu hasil jiplakan ! Atau bahkan berdalih dengan kata-kata " diilhami dari". Tren terbaru yang dilakukan sineas kita adalah dengan mengubah alur cerita yang diambil dari komik Jepang menjadi sebuah skenario. Banyak pemirsa yang tidak tahu kalau kisah Mutiara diambil dari komik Pop Corn yang terbit beberapa tahun silam. Cahaya sinetron yang menjadi "booming" beberapa waktu lalu hingga melambungkan nama pemainnya mengambil ide dengan persis dan sedikit penyesuaian zaman dari komik Yokohama karya Waki Yamato. Wah, aku jadi teringat pernah membaca artikel yang menuliskan bahwa Salma Hayek telah membeli hak atas telenovela Betty La Fea dan mengadaptasinya menjadi sebuah serial berjudul Ugly Betty. Ugly Betty yang diproduksi dan dimainkan oleh bintang-bintang Amerika ini meraih sukses dengan berhasil menggodol beberapa penghargaan di ajang bergengsi Emmy Award. Fenomena itu membuatku bertanya-tanya, kapankah para sineas kita mau mencontoh mereka. Yang terjadi di dunia persinetronan saat ini justu sebaliknya. Para sineas seolah-olah ingin membodohi pemirsa, hanya memikirkan cara meraup rupiah sebanyak-banyaknya. Alangkah baiknya jika sinetron-sinetron jiplakan ini dibuat sesuai dengan aslinya dan disesuaikan dengan budaya maupun kondisi negara ini (simak Ugly Betty yang disesuaikan dengan berita-berita aktual Amerika). Janganlah mengubah alur cerita dengan alasan rating tinggi yang akhirnya justru merusak tema sinetron dan membuat pemirsa jemu. Entah berapa kali aku menjumpai sinetron yang tidak ketahuan bagaimana akhir ceritanya gara-gara dihentikan di tengah jalan, belum lagi sinetron yang makin ruwet dengan penambahan tokoh maupun cerita yang dipaksakan. Ini baru beberapa contoh pembajakan yang terjadi di kalangan orang-orang beruang, maka bisa dibayangkan bagaimana pembajakan menjadi marak di tengah krisis ekonomi saat ini !
Sepertinya budaya plagiat sudah berakar di negeriku ini. Mulai dari anak-anak sekolah yang membajak PR, buku-buku aspal yang dijual murah, produk-produk kosmetik, obat, makanan yang makin marak dipalsukan, beredarnya cd bajakan yang murah meriah, dan masih banyak lagi. Entah kapan bangsa ini bebas dari pembajakan dan semua tindakan meresahkan lainnya.

Tidak ada komentar: