Sabtu, 02 Mei 2009

Samui


"Kita berdua telah pergi jauh, sebegitu jauhnya sampai-sampai tak bisa kembali lagi". Petikan dialog antara tokoh utama dalam sebuah shoujo manga karya Michiyo Akaishi tersebut spontan terbesit dalam benakku ketika membaca sebuah message di FB. Baru-baru ini, aku mendapat pesan berisi unek-unek yang rupanya juga pernah kualami. Kehilangan seorang sahabat karena terpisah jarak memang menyedihkan. Sahabat yang dulu setia berada di samping kita, berbagi cerita baik suka dan duka, semakin menjauh tidak hanya sebatas pandangan melainkan jauh secara emosi. Tentu setiap manusia pastinya mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Tapi apakah perubahan itu termasuk melupakan seseorang yang dulu dekat ? Kemana perginya persahabatan indah itu ? Mereka yang merasa dilupakan tentu merasa kesal yang lebih cenderung ke arah sakit hati. Pertanyaan demi pertanyaan yang tak terjawab muncul dan terus bergelayut dalam pikiran. Namun semakin dalam dipikir, semakin lelah pula batin seseorang. Satu-satunya jalan, berusaha merelakan kepergian sahabat dan berdoa yang terbaik untuknya. Mungkin semua itu terjadi agar yang ditinggalkan menjadi lebih mandiri. Saatnya untuk tidak bergantung dan merepotkan orang lain. Mencoba menghadapi kenyataan dan menyelesaikan masalah sendiri. Dan pada akhirnya akan menemukan sebuah ikatan dengan seseorang dalam perjalanan hidupnya. Meskipun demikian, ada kalanya orang membutuhkan uluran batin seorang sahabat. Ketika hati sedang riang maupun gundah, ingin rasanya berbagi gejolak hati dengan seseorang yang mau mengerti dan memahami diri ini. Lega rasanya jika bisa tertawa bersama dengan sahabat, saling memuntahkan unek-unek sehingga beban sedikit berkurang. Memang setiap orang pasti mempunyai permasalahan sendiri, namun sekali berbagi cerita bukan bermaksud untuk menambah beban pada seorang sahabat. Seseorang membutuhkan orang lain untuk mendengarkan. Sekedar melampiaskan emosi yang ada. Namun apa daya jika hubungan persahabatan itu harus mempunyai batas ataupun memudar seiring dengan berjalannya waktu. Alangkah indahnya jika pepatah jauh di mata dekat di hati itu benar.

Tidak ada komentar: