Kamis, 11 Desember 2008

Berharap Hanya Sekedar Sial

Bicara tentang sial, sepertinya hampir setiap orang pernah mengalami yang namanya ketiban sial. Entah itu kesialan yang mengundang tawa, jenggkel amarah hingga duka. Masih seputar sial, aku jadi ingat tentang seorang teman yang namanya ditambahi dengan embel-embel 'sial'. Kenapa bisa begitu ? Sepanjang yang kuingat, si R ini dijuluki sial gara-gara tak sengaja memecahkan kaca jendela kelas saat main basket. Jika ada orang bilang nama itu mengandung doa dan harapan, sedikit banyak hal itu terbukti pada temanku ini. Sejak dipanggil dengan sebutan Sial entah mengapa kejadian yang membuat ciut beruntun terjadi. Mulai dari kalah dalam permainan hingga akhirnya gagal masuk sebuah akademi yang dicita-citakannya. Saat ini, entah dimana dan apa kabar temanku ini, semoga kesialan yang dulu berbalik menjadi keberuntungan.
Seperti halnya temanku dan yang lainnya, aku pun tak luput dari kesialan. Baru-baru ini, tepatnya dimulai sejak hari Sabtu kemarin rasanya semua yang terjadi termasuk kategori sial untukku. Setelah menanti dengan tak sabar, akhirnya tibalah hari penentuan nasib alias ujian CPNSD yang diadakan serentak di seluruh Jawa Tengah (sejauh yang kutahu lho). Niat berangkat menuju lokasi pagi-pagi agar sempat beristirahat cukup plus belajar materi ujian yang belum sempat kubaca kandas. Kedatanganku ke kantor pos sia-sia gara-gara jaringan sedang offline. Kesegaran sehabis mandi pun luntur setelah mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi. Keberangkatanku semakin tertunda karena oleh-oleh yang dijanjikan ternyata harus didapat dengan susah payah. Sabar...sabar, demikian aku menenangkan diri, maklum hari itu aku meniatkan diri berpuasa menjelang hari lebaran haji. Setelah kurang lebih tiga setengah jam perjalanan melintasi wilayah perbukitan, sampai juga aku di kota Wonosobo. Hujan menyambut ketika aku turun dari minibus, padahal aku dengan 'pe-de'nya tidak membawa payung karena beberapa hari ini panas menyengat. Mengingat aku berencana tukar menukar soal-soal dengan sahabat yang kuanggap kakakku sendiri, sesudah istirahat sebentar aku bertolak menuju rumahnya. Badan lemas dan kepala pusing menahan lapar dan haus membuatku tak sabar menunggu waktu berbuka tiba. Tak disangka, aku harus berbuka seadanya. Aku maklum sih, kedatanganku tidak direncanakan jauh-jauh hari, aku juga bersalah tidak bersiap-siap dulu. Aku lupa bahwa rumah kakakku itu jauh dari keramaian kota yang serba ada. Sebetulnya sih, tidak masalah berbuka dengan sebungkus mie instant, hanya saja waktu itu aku tidak menyempatkan diri untuk sahur. Walhasil tekanan darahku pun turun dengan sukses ^^.
Setelah semalam belajar sambil diselingi nonton serial kesayanganku "Supernatural" yang sekarang pindah jam tayang mendekati tengah malam (atau sebaliknya ..? ^^) keesokan harinya aku merasa siap untuk menempuh ujian. Lagi-lagi kesialan menimpaku, baju sopan berkerah yang sudah kusiapkan tak bisa kupakai. Kakakku dan suaminya pun tersenyum-senyum mendengar ceritaku tentang baju yang berubah menjadi cucian siap jemur. Akhirnya aku berangkat menuju lokasi tes dengan atribut pinjaman mulai dari baju hingga sepatu. Tubuhku yang masih lemas karena kekurangan asupan gula, semakin kuyu ketika berbaur dengan orang-orang yang hendak bertransaksi di pasar lokal. Bau sayur, buah, asap rokok, dan parfum menyengat membuat kepalaku pening ketika menempuh perjalanan dengan menggunakan angkutan yang disebut 'ijet'. Sampai di lokasi, aku semakin puyeng melihat banyaknya saingan yang sama-sama memperebutkan posisi lowong di diknas itu. Mencoba untuk bertahan, aku menenangkan diri beristirahat di bangku di depan kelas sembari menggigil kedinginan. Udara Wonosobo yang pada dasarnya dingin itu semakin menggigit karena hujan deras mengguyur sejak pagi. Hampir dua jam aku dan yang lainnya menunggu saat dimulainya ujian. Rupanya panitia penyelenggara lupa memberitahukan jam dimulainya ujian hingga peserta bosan menunggu.
Usai mengerjakan seratus soal yang super sulit, aku pun menyerah, membatalkan niatku berpuasa hari itu. Di bawah siraman hujan, aku dan kakakku dengan semangat menuju warung mi favoritnya ^^. Semangkuk mi hangat lumayan meredakan pusing kepalaku, tak lama kemudian kami pun berpisah menuju jalan pulang yang berbeda. Sesuai rencana, hari Rabu aku pulang ke rumah. Namun sebelumnya aku mampir dulu ke suatu tempat. Apalagi kalau bukan Purwokerto, tempat di mana hampir sebulan sekali aku ke sana, memuaskan dahagaku akan komik. Lagi-lagi hujan turun dengan derasnya, sungguh sial untukku yang tidak berbekal payung yang biasanya selalu tersimpan di tas meskipun cuaca cerah. Empat jam lamanya aku berdiam di tempat favorit, larut dalam kesibukan membaca komik-komik seri terbaru yang belum kubaca. Ketika hari beranjak sore, aku pun bersiap melanjutkan perjalananku pulang ke rumah. Setelah ber-'say hai' dengan teman, berbagi informasi dan berita,aku pun menyandang ranselku yang semakin berat dengan tambahan beberapa komik pesananku, bergegas menaiki angkutan menuju pusat perbelanjaan langgananku.
Rupanya minggu ini menjadi minggu apesku, begitu sampai terminal aku ketinggalan bus yang melewati rumahku. Terpaksa aku naik minibus yang terkenal mahal. Perasaan tidak enaku menjadi kenyataan ketika aku terdampar di sebuah tempat menanti kedatangan bus malam. Yah, inilah jeleknya minibus, tidak bertanggung jawab dalam pelayanan. Seringkali terjadi penumpang diturunkan di tengah jalan dengan alasan akan berputar balik karena sepi penumpang. Menahan dingin karena gerimis turun, akhirnya aku mendapatkan bus. Bersyukur akhirnya aku sampai di rumah dengan selamat meski badan lemas, pegal dan migren yang datang tanpa diundang.
Dari sekian kesialan yang datang beruntun, membuatku berpikir apakah ini menjadi sebuah pertanda ? Yang menjadi pertanyaan tentu apakah itu pertanda baik atau buruk. Pastinya aku berharap semua yang telah terjadi layaknya judul sinetron zaman dulu "Sengsara Membawa Nikmat". Yang jelas, di balik kesialan ini aku menyadari sebuah kesalahan dalam sebuah rencana. Persiapan menjadi langkah penting untuk sebuah keberhasilan, setelah ku berpikir ulang memang ada kekurangan dalam persiapanku. Pada akhirnya aku berharap semuanya hanya sekedar sial belaka.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

nikmati aj..

dibalik kesialan pasti ada berjuta kesuksesan yang menanti...^_^

siwi mars mengatakan...

ups..kekekek..lutju:) terbayang kesialan beruntun yg km alami. Tapi menurut versi-ku (boleh percaya boleh tidak hahaha?mengancam, neh!).Kesialan beruntun itu pertanda sebentar lagi akan mendapat berkah ataupun keberuntungan yg tak terkira hahaha.
percayalah...percayalah kata simbah!!!