Rabu, 17 Desember 2008

Perfume The Story of Murderer


Terbujuk oleh rayuanku, akhirnya sahabatku nekat membeli sebuah buku di bookfair. Dalam hati aku bersorak girang, akhirnya aku bisa membaca gratis. Wah, dipikir-pikir licik juga aku ya ^^. Sekedar membela diri, kami berdua seringkali membagi tugas dalam membeli buku kok, jadi semua puas. Sesuai dengan rekomendasi dari adikku, ketika menyimak review dari buku Perfume The Story of Murderer seketika aku tertarik untuk membaca buku ini. Dalam buku ini Patrick Suskind mengangkat kisah seorang pembunuh berdarah dingin. Buku yang sudah difilmkan ini menceritakan perjalanan hidup Jean Baptiste Grenouille, seorang anak haram yang dianugerahi penciuman luar biasa. Grenouille yang lahir di masa kacau menjelang revolusi Prancis, nyaris tak bertahan hidup karena dibuang oleh ibunya. Tumbuh di panti asuhan, Grenouille membuat takut setiap orang dengan tingkahnya yang tertutup dan aneh. Grenouille sanggup mengidentifikasi aroma setiap benda konkrit maupun abstrak, melalui indera penciumannya ia mempelajari banyak hal. Ia bisa membedakan bau tanah, udara, kulit manusia bahkan jenis pohon berdasarkan baunya , memilah-milah seluruh bau yang ada. Anehnya tubuh Grenouille tidak menebarkan bau meski bau kecut keringat. Dengan kemampuannya ini Grenouille berhasil menjadi ahli parfum berkat bantuan dari Baldini, ahli parfum terkenal yang mempekerjakannya. Naluri pembunuh muncul ketika Grenouille mencium aroma gadis perawan yang dirasakannya sangat nyaman. Grenouille berambisi menciptakan parfum dari aroma perawan yang dibunuhnya terlebih dahulu. Terhitung ada 25 perawan yang dibunuhnya dengan diambil rambut dan kulit kepalanya. perbuatan Grenouille ini sontak membuat resah penduduk Grasse dan sekitarnya. Penyelidikan pun dilakukan sampai akhirnya Grenouille tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Pada awalnya, aku mengira buku ini akan menuturkan sebuah pencarian yang menegangkan. Usai membaca keseluruhan isi buku, sedikit banyak aku merasa kecewa. Sesuai dengan judulnya, The Story of Murderer, buku ini betul-betul menceritakan kisah si pembunuh Grenouille. Aku yang terbiasa membaca buku-buku suspense yang menegangkan tentu mengharapkan liku-liku pencarian jejak yang membutuhkan konsentrasi khusus. Meskipun demikian ada sebuah pelajaran yang bisa dipetik dari buku ini. Suskind mencoba menuangkan buah pikirannya dalam wujud Grenouille, anak haram yang tak mengenal cinta dari sesama. Grenouille yang tak berbau menciptakan sebuah parfum beraroma manusia untuk dipakai olehnya sendiri. Berkat parfume ini, Grenouille yang biasanya tak dianggap kini setiap orang akan menoleh padanya. Parfume beraroma keringat membuat Grenouille yang semula tak ada menjadi sosok nyata. Ya, pada dasarnya manusia ingin dianggap oleh sesamanya. Manusia ingin diakui keberadaannya oleh yang lain. Entah itu dalam bentuk kekaguman atau penghinaan, cukuplah jika seseorang dapat menarik perhatian sehingga mata tertuju padanya. Ambisi Grenouille menciptakan parfum terhebat dari bagian tubuh korban-korbannya pun tak lepas dari keinginan Grenouille untuk dicintai sesamanya. Kekosongan batinnya berubah menjadi keinginan untuk membalas dendam, memegang kendali atas manusia dengan parfum ciptaannya. Jika membaca buku ini, dijamin akan terbengong-bengong dengan penyelesaian ala Suskind. Sungguh akhir yang tidak terduga untuk sebuah drama pembunuhan. Walaupun rasanya mustahil sebuah aroma bisa menyebabkan sebuah tragedi, buku ini lumayan sebagai referensi untuk dibaca. Pada akhirnya semirip apa pun dengan aslinya, tiruan tetaplah tiruan. Sebuah tiruan hanya memberi kepuasan sesaat, hingga akhirnya kekosongan yang berlarut-larut akibat kekecewaan yang bertumpuk.

Tidak ada komentar: