Senin, 29 Desember 2008

Happy New Year


Tahun 2008 rupanya cukup spesial, tahun ini diakhiri oleh dua sistem penanggalan yang berbeda. Yang satu tentu saja menurut kalender Masehi, dimana angka 8 akan berubah menjadi 9 dua hari lagi. Merunut peristiwa selama setahun ini, banyak peristiwa penting yang sebagai catatan. Sesuai tradisi, berbagai macam kaleidoskop pun digelar sebagai renungan untuk menyambut datangnya tahun baru. Dominasi hal-hal buruk macam krisis global yang melanda seluruh negara di dunia, terungkapnya berbagai kasus di Senayan, isu global warming yang kiranya belum ditangani secara serius, beberapa aksi terorisme hingga demo berbuntut ricuh mengisi lembaran peristiwa. Sepertinya tahun baru 2009 belum memunculkan gambaran cerah. Walaupun harga premium dan solar akhirnya diturunkan, ada anggapan hal ini merupakan upaya mencari simpati menjelang Pemilu. Sebagian rakyat bahkan harus memulai hidup dari nol. Bagaimana tidak, gelombang PHK menyebabkan angka pengangguran meningkat, rentetan kebakaran massal dan banjir meluluhlantakan aset yang dimiliki, penggusuran pemukiman maupun lapak-lapak liar tanpa solusi ke depan semakin menambah jumlah rakyat miskin. Ironisnya, potret buram penderitaan tertutup oleh kemilau gaya hedonis. Tercatat, angka turisme ke luar negeri meningkat di liburan akhir tahun ini. Pusat-pusat perbelanjaan elit ramai diserbu konsumen yang giat memborong barang-barang mahal berlabel 'on sale'. Belakangan ini jalan-jalan utama dipenuhi dengan baliho-baliho yang menjual tampang para caleg. Bayangkan, berapa dana dkucurkan untuk memasang iklan sebesar dan sebanyak itu. Gengsi wisata luar negeri menjadikan sepinya daerah wisata lokal. Di Sumatera misalnya, liburan panjang ini tak menjadikan kawasan Danau Toba ramai pengunjung. Tak sedikit pedagang orang yang mencari nafkah di kawasan ini terancam gulung tikar. Malangnya !
Akhir tahun ini juga bertepatan dengan akhir tahun menurut penanggalan Hijriyah. Tahun baru Hijriyah dimulai hari ini, nyaris bersamaan dengan tahun baru Masehi. Seperti tahun Masehi, pembukaan tahun 1430 Hijriyah diwarnai peristiwa tragis yang menimpa Palestina. Dua negara timur tengah yang terus berkonflik, memulai tahun baru dengan ekstrim. Penyerangan jalur Gaza oleh Israel menjadi sorotan dunia saat ini. Seruan protes dan desakan perdamaian dikumandangkan sebagai wujud simpati atas rakyat sipil Palestina yang menjadi korban. Dalih pertahanan diri Israel tak cukup sebagai alasan untuk menyerang negara lain. Apalagi sasaran yang diperkirakan sebagai sarang teroris ternyata pemukiman sipil. Mungkin ada alasan lain di balik penyerangan itu ? Ataukah itu sebagai wujud arogansi Israel semata ? Begitu berani Israel menentang kecaman, mengacuhkan himbauan dari berbagai pihak untuk gencatan senjata. Bahkan semakin membabi buta hingga korban sipil semakin bertambah. Apakah keberanian itu karena sokongan sebuah negara adidaya ?
Apapun itu, tak selayaknya tahun baru dimulai dengan awal yang buruk. Mengapa kita tak bisa hidup berdampingan dengan damai ?

Tidak ada komentar: