Jumat, 26 Desember 2008

Hemat

Beberapa waktu lalu, aku menyaksikan sebuah berita yang membuatku tergelitik. Sementara krisis global terus berlanjut dan diperkirakan akan mencapai puncak pada tahun 2009-2010, anjuran pemerintah untuk berhemat pun dicanangkan. Wapres Yusuf Kalla mengajak rakyat Indonesia untuk menghemat energi, dan menggunakan produk dalam negeri. Ironisnya, saat itu Wapres justru memakai sepatu impor alih-alih sepatu buatan dalam negeri. Tanpa malu, Wapres yang berbusana batik mengakui sepatu impornya dan berjanji akan segera membeli sepatu lokal. Liputan berita berlanjut seputar kelangkaan minyak tanah dan elpiji di berbagai daerah. Ya, tanpa disuruh pun rakyat sudah berhemat sejak dulu. Bagaimana tidak hemat jika bahan untuk dihemat pun tak ada ^^. Susahnya jadi rakyat yang hanya mengikuti arus, ketika pemerintah menggalakkan konversi minyak tanah ke elpiji rakyat semakin dibuat bingung. Jangankan menghemat, anggaran belanja bahan bakar justru semakin membengkak. Akibat subsidi minyak tanah dicabut, harga per liternya menjadi naik nyaris dua kali lipat. Suplai minyak tanah yang dikurangi menjadikan minyak sulit didapat dan sesuai hukum penawaran dan permintaan, harga berada di level mahal. Pembagian kompor dan tabung gas 3 kg gratis, tak mampu menyudat pengeluaran bahan bakar. Mengikuti jejak minyak tanah, distribusi elpji pun tersendat. Tak urung harga per tabung melonjak drastis. Nah loh, bagaimana ini ? Minyak langka, gas pun tak ada. Walhasil, sebagian rakyat yang mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Serbuk gergaji kayu, arang hingga kayu bakar menjadikan rakyat "back to the nature". Tapi bagaimana nasib mereka yang sama sekali belum pernah menggunakan bahan tradisional tersebut ? Apa mau dikata, meski harga luar biasa terpaksa berburu minyak dan gas kemana-mana. Buntutnya penghematan berubah menjadi pemborosan besar-besaran.
Untunglah, berita gembira akhirnya disampaikan oleh Dirut Pertamina. Setelah melakukan operasi pasar di beberapa tempat, sidak di tempat tertentu aliran minyak tanah dan gas kembali normal. Dengan tegas kelangkaan kedua bahan bakar tersebut akan benar-benar teratasi di bulan januari mendatang. Kenapa harus Januari ? Kenapa tidak berbulan-bulan lalu sehingga rakyat tidak harus megap-megap dengan harga BBM yang meroket ? Namanya juga manusia, ada salah tidak ada apa lagi. Seperti turunnya harga premium dan solar baru-baru ini. Meskipun bersyukur, gaung ketidakpuasan terdengar dimana-mana. Maklum turunnya harga BBM belum diikuti dengan turunnya tarif angkutan. Kecurigaan adanya maksud tersembunyi karena menjelang Pemilu tak urung mencuat. Alasan penurunan harga BBM yang mengikuti turunnya harga minyak dunia pun dirasa sangat dangkal. Pertanyaannya jika harga minyak dunia kembali merangkak naik, apakah pemerintah akan menaikkan BBM kembali ? Apapun dikata, anjuran Wapres agaknya perlu dilaksanakan. Hemat menjadi salah satu jawaban untuk bertahan di saat krisis. Tidak hanya hemat energi, budaya konsumerisme pun perlu dikurangi. Sudah saatnya, kita bangga akan produk Indonesia. Bukankah buatan sendiri tak kalah dengan produk impor ?

Tidak ada komentar: