Rabu, 13 Agustus 2008

Music Is My Life


"Jangan-jangan kau menolak cintaku. Jangan-jangan kau ragukan hatiku. Ku kan selalu setia menunggu. Untuk jadi pacarmu." mendengar lirik lagu tersebut, aku tertawa kecil. Memanfaatkan waktu libur di sela-sela kesibukan mengajar, iseng aku menonton sebuah acara musik di salah satu tv swasta. Tak lama kemudian, diputarlah video klip grup band ST 12. Semula aku masih cuek dan larut dalam kesibukanku membaca buku Ketika Cinta Bertasbih. Tak lama kemudian, dengan segera aku mengalihkan pandangan ke layar kaca. Telingaku tampak akrab dengan melodi awal lagu berjudul P.U.S.P.A tersebut. Benar saja ketika masuk ke refrain dengan segera aku mengenali lagu itu. Lagu baru yang selama ini sering kudengar saat asyik menjelajahi dunia maya. Lagu yang menurutku lumayan enak didengar meski agak sedikit bernuansa melayu. Video klip yang merepresentasikan isi lagu PUSPA tersebut juga sangat menarik. Artis sekaliber Luna Maya yang menjadi tokoh utama klip tersebut turut memberi andil dalam cerita nan menggelitik. Lirik-lirik lagu yang sedikit nakal menjadi semakin hidup dalam video tersebut. Setelah klip berakhir, aku tak beranjak dari depan tv. Dengan antusias meneruskan menonton deretan tangga lagu terpopuler versi stasiun tv tersebut. Bisa dibilang aku sangat 'kuper' jika menyangkut masalah musik Indonesia. Entah sudah berapa tahun aku tidak mengikuti perkembangan musik Indonesia. Kesibukan kuliah ditambah jarangnya acara musik yang mempromosikan klip dari lagu-lagu anak bangsa membuatku semakin jauh dari arena musik dalam negeri. Tak dipungkiri selama ini sangatlah jarang lagu-lagu dalam negeri yang menimbulkan kesan mendalam hingga membuatku tertarik untuk mendengarkan atau menyanyikannya. Sejak mengenal musik klasik, perhatianku akan musik dan lagu tercurah sepenuhnya untuk lagu-lagu bergenre klasik. Theme song Phantom of The Opera, Verdi, La Trafiata, lagu-lagu gerejani yang religius, musik pop klasik berbahasa italia dan alunan denting piano yang melantunkan karya Mozart, Vivaldi atau Bach sangat lekat di telinga dan bisa dengan fasih kusenandungkan. Musik klasik atau lagu-lagu opera sangatlah megah gaungnya dan diperlukan teknik yang tinggi untuk bisa membawakannya dengan baik. Getaran suara tenor Andrea, Russel Watson dan lengkingan jernih Sarah Brightman begitu menyentuh kalbu. Nada-nada tinggi yang keluar dari seorang Josh Groban membuatku menangis haru. Rak kaset dan cdku pun dijejali dengan album-album mereka. Kesukaanku akan musik yang jarang diminati anak-anak muda Indonesia ini membuat banyak teman-temanku heran. Meskipun dibilang kuper aku tetap menyukai musik-musik yang kata sebagian temanku aneh ini. Tapi aku tak menyesal meski dikatakan tidak nasionalis. Lagu-lagu yang tak henti-hentinya kuputar dan kudendangkan ini membuatku semakin kritis akan musik dan kualitas seorang penyanyi. Standar tentang bagus tidaknya sebuah lagu atau suara seseorang semakin tinggi dan tinggi. Oleh karena itulah jarang sekali aku menyukai lagu-lagu dalam negeri yang kebanyakan tergolong musik pop ringan. Mencermati perkembangan musik tanah air, saat ini tengah booming kelompok-kelompok anak muda yang bermain musik alias band. Band-band baru bermunculan setiap hari di berbagai pelosok tanah air, baik yang terkenal ataupu band-band lokal yang sedang merangkak menuju popularitas. Penyanyi-penyanyi solo pria maupun wanita Indonesia saat ini bisa dihitung dengan jari dan hampir tidak ada solis-solis baru. Mungkin karena pecinta musik yang bosan mendengarkan suara penyanyi yang itu-itu saja, munculnya grup band baru seolah membawa angin segar bagi dunia musik. Kecenderungan lagu-lagu band yang ringan dan mudah untuk dinyanyikan menjadikan beberapa grup melejit di jajaran atas menyaingi grup lawas macam Dewa, Sheila On Seven, Gigi dan Padi. Para penggemar musik dengan mudahnya terbuai oleh lagu-lagu dengan tingkat kesulitan rendah dengan berbagai tema dalam kehidupan sehari-hari dan lirik-lirik lagu yang kadang sedikit nyleneh. Ahmad Dani yang piawai membuat lagu sarat muatan dan berat pun tak ketinggalan ikut berpartisipasi dengan grup The Rocks yang sukses dengan hits Munajat Cinta yang bisa dibilang lagu yang sangat-sangat ringan. Matta Band menyusul dengan lagu Ketahuan yang sempat dijadikan rebutan, kemudian muncul grup lain seperti Kangen Band, Vagetoz, D'Massiv, Nine Ball, Republik, ST 12 dan baru-baru ini dua grup Caramel Band yang saling berebut lagu Gaby. Grup-grup tersebut terus muncul hingga tak terhitung banyaknya hingga aku yang awam akan musik Indonesia sampai terbalik-balik antara lagu apa dibawakan oleh siapa. Gempuran grup band ini ternyata tidak menyurutkan semangat penyanyi-penyanyi kawakan. Grup band yang pernah menjadi raja pada tahun-tahun sebelumnya berlomba-lomba merilis single dan album baru di tengah kancah persaingan musik yang amat sangat ketat. Peter Pan, Samsons, Radja tak mau kalah merebut perhatian penggemar berusaha mengembalikan kejayaan mereka. Geliat grup senior ini rupanya juga melecut semangat para penyanyi solo. Agnes Monica artis multi talenta ini berhasil mencuri perhatian dengan single Matahariku yang merupakan soundtrack sebuah sinetron yang juga dilakoninya. Tompi si dokter bedah plastik ini unjuk gigi dengan suara khasnya membawakan lagu-lagu jazz yang enak didengar. Sherina melakukan Come Back setelah absen beberapa lama dan beralih menjadi penyanyi dewasa tanpa menurunkan kualitas vokalnya. Gita Gutawa dengan falseto yang masih mentah ikut meramaikan dunia musik dan berhasil mencuri perhatian dengan lagunya yang melow plus suara khas ala Charlotte Church. Penyanyi solo baru pun akhirnya muncul mengikuti jejak band-band yang dengan berani mengepakkan sayapnya. Afgan, penyanyi yang masih kuliah ini berhasil menyedot fans khususnya gadis-gadis dengan suara basnya. Syahrini, Winnie K, Aura Kasih mewakili kelompok penyanyi solo wanita berusaha menggedor dunia musik Indonesia dengan warna musiknya. Musik Indonesia memang terus berkembang sedikit demi sedikit. Sayang kecenderungan untuk mengikuti arus menyebabkan warna musik Indonesia pada suatu masa menjadi kurang beragam. Lagu-lagu kreasi baru memang terus bermunculan, hanya sayang lagu tersebut nantinya akan berlalu begitu saja. Bandingkan dengan lagu-lagu kenangan zaman bapak, ibu atau bahkan kakek-nenek yang seolah tak lekang dimakan waktu. Hingga kini masih dikenang orang baik itu syair atau melodinya. Demikian pula dengan lagu-lagu luar negeri yang sangat menghentak dan dinamis hingga disukai di seluruh dunia tak terbatas area maupun ras. Inilah yang perlu dicermati insan musik kita. Menciptakan sebuah kagu yang berkesan, diterima di seluruh kalangan sehingga terus lekat di hati penggemar.

Tidak ada komentar: