Jumat, 22 Agustus 2008

Window of the World


Sejak mulai mengenal abjad dan bisa merangkai huruf membentuk sebuah kata, aku mulai keranjingan untuk membaca. Koran, majalah, buku bahkan sebaris kalimat yang terpampang di board pun tak luput kubaca. Hingga kini, hari-hariku tak pernah lepas dari buku. Sesibuk apapun, aku selalu menyempatkan diri untuk menekuri baris-baris kalimat yang memenuhi lembar demi lembar halaman sebuah buku. Waktu senggang selalu kumanfaatkan untuk menambah jumlah buku yang pernah kubaca. Aku pun tak lupa untuk menambah koleksi buku yang menimbulkan kesan mendalam untukku layaknya seorang bibliophile sejati ^_^. Berada di sekeliling buku membuatku nyaman. Bau apak buku-buku lama pun layaknya parfum yang harum membuatku betah bertahan di tengah rak-rak bersusun yang penuh buku. Sebagai pecinta buku aku sangat heran dengan rendahnya minat baca pada anak-anak usia sekolah khususnya dan orang dewasa pada umumnya. "Hari gini masih baca buku !", kalimat bernada sinis tersebut tertulis di sebuah profil seorang peselancar dunia maya. Di era digital ini mungkin sebagian orang menganggap buku tak lebih dari cara kuno untuk mendokumentasikan buah pikiran seseorang. Saat anak usia sekolah dijejali dengan berbagai permainan virtual, jangankan membaca buku pelajaran, buku-buku bergenre fiksi pun jarang diminati. Orang dewasa semakin jarang meluangkan waktu untuk membaca dengan berbagai alasan kesibukan. Tak heran jika menurut Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 masyarakat Indonesia lebih memilih televisi dan radio sebagai sumber informasi ketimbang artikel di koran. Di tahun 1992, Indonesia menempati urutan ke-29 dari 30 negara di dunia tentang kemampuan membaca anak usia kelas 4 SD (Association for Evaluation of Educational). Rendahnya minat baca di Indonesia memacu pemerintah untuk menggalakkan kegiatan gemar membaca dengan dicanangkannya hari Buku Nasional setiap tanggal 17 Mei. Saat ini pemerintah pun membangun perpustakaan keliling di pelosok daerah untuk menarik minat baca dan mempermudah akses buku masyarakat yang bermukim jauh dari pusat perbukuan. Orang tua dan guru pun diharapkan untuk menanamkan budaya membaca sejak dini. Diharapkan dengan berbagai usaha tersebut, masyarakat Indonesia lebih menghargai buku dan mampu menyerap berbagai informasi penting yang termaktub dalam sebuah buku. Aku pun sangat menyadari bahwa aku bisa menjadi seperti sekarang ini salah satunya karena pengaruh buku-buku yang kubaca. "Buku adalah jendela dunia", kata guruku di masa sekolah dasar dulu. Aku benar-benar merasakan kebenaran secara harafiah di balik slogan tersebut. Melalui buku, aku dapat menjelajahi berbagai tempat-tempat bersejarah di dunia yang saat ini belum bisa kulihat secara langsung. Buku menjadikanku terpacu untuk mempelajari berbagai bahasa yang ada di dunia. Buku pulalah yang mengajarkanku semua hal yang tidak kuperoleh dari bangku pendidikan formal. Buku memberiku inspirasi untuk mencoba hal-hal baru, memberiku semangat untuk menghadapi tantangan dan membuat pikiranku lebih terbuka dengan kebijakan dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Buku membangun imajinasiku setinggi-tingginya, mengistirahatkan pikiran yang lelah saat beban menggantung. Buku adalah hiburan dan sumber informasi yang tak ada habisnya dan tak lekang dimakan waktu. Aku tak pernah bosan membaca buku yang sama berkali-kali sepanjang buku itu berbobot, menarik dan bermanfaat. Buku adalah jendelaku untuk memandang dunia yang luas dan tak mungkin untuk kujelajahi saat ini. Books make me dare to dream.

Tidak ada komentar: